Kau Kucari, Kau Kunanti, dan Kau yang Kutunggu

Hari ini, saat aku menjemput bocah pulang dari TPA yang posisinya didekat rumah, aku melihat seorang gadis mungil berseragam rapi sedang berdiri di pinggir jalan tak jauh dari lokasi menuju TPA.  Aku yang berjalan santai karena waktu jam pulang bocah belum tiba, cukup lama mengamati si gadis yang selalu melihat ke arah jalan sambil sesekali melihat jam tangan.

"Waah, sepertinya ada seseorang yang sedang ditunggu nih..." Kepoku dalam hati.

Benar saja, tidak lama aku melihat dia melambaikan tangan kepada seseorang pengendara motor yang melintas bersebrangan dengan jalannya, sambil berteriak memanggil.  Sayangnya si pengendara motor cuek saja dengan panggilan si gadis mungil ini.  Entah karena suaranya yang juga lembut, atau memang si pengendara motor menjadi sedikit budeg karena telinganya tertutup helm besar *uupss.  Gadis ini menggerutu, "Ih.. abang itu ga denger apa?"

Eh, baru saja si gadis mungil ini menggerutu, datang pengendara motor lain yang melintas, namun tidak bersebrangan jalan dengannya dan tepat berhenti di depan si gadis ini berdiri.  Kulihat si gadis langsung menaiki motor itu, dan melaju bersama si pengendara motor.  

"OOwhh... ternyata salah orang." ujarku kecil.  Akupun melanjutkan jalan kakiku menuju lokasi penjemputan.

Sebenernya siapa sih gadis mungil itu? Siapa pula si pengendara motor?  Jujur, aku tidak tahu mereka.  Aku tidak mengenalnya, aku juga ga tertarik buat tahu kepentinganya.  Namun jika dilihat dari kejadiannya aku sangat yakin kalau gadis mungil itu adalah seorang penumpang yang sedang ada urusan dan menggunakan jasa ojek online yaitu si pengendara motor itu.  Koq aku tahu? yah, tahu dong! Pengendara motornya pakai jaket identitas dari sebuah jasa ojek online.  Jadi, aku rasa tebakanku seharusnya benar. *Hihiii....

sumber gambar google

Menjamurnya ojek online saat ini sangat mudah terlihat.  Jika Kita keluar rumah menuju jalan besar terutama, dengan sangat mudah kita menemukan pengendara motor menggunakan jaket identitas dari bermacam ojek online yang mulai merakyat.  

Jika dibandingkan dulu, tarif sebuah ojek untuk sampai di tujuan tertentu sangatlah variatif, tergantung dengan kebaikan hati ojek itu sendiri.  Atau sudah ada tarif standar, yang nilainya cukup tinggi hitung-hitungannya jika membawa kendaraan sendiri.  Bayangkan saja, jika kita menaiki ojek di jaman sebelum mewabahnya aplikasi seperti saat ini, tawar menawar sebelum injak gas kadang-kadang bisa membuat penumpang dibuat senewen.  Dengan jual mahal si ojek pasang iklan kalau dia bisa masuk ke lorong-lorong sempit, menerjang badai kemacetan, menyelip lincah dibalik bisingnya sirine beradu maju cepat, bahkan tiba tepat waktu dengan kecepatan lebih cepat dari kilat (lebay nih).   Si ojek sering pasang tarif wah, dan hebatnya diaminkan oleh si penumpang karena posisi kejepit padahal duduknya juga udah mesti mepet sama si ojek.  Apalagi sebutan ojek di jamannya, khusus untuk kendaraan roda dua saja.  Kalau kendaraan roda empat yang khusus dipakai sendiri terbatas sebutannya taksi, atau mobil carteran.

Makanya, gak heran kan kalau perdana si ojek online ini muncul menimbukan keresahan ojek umum konvensional terutama yang sudah ada organisasinya dan suka mangkal di depan jalan komplek dan lorong-lorong kecil.  Dengan biaya minim, gak perlu menghabiskan waktu buat acara tawar-menawar ongkos, apalagi selentingan rayuan gombal ojek yang kadang-kadang suka genit bin centil, kita bisa langsung cuss berangkat, tiba di tempat tujuan dengan (semoga) selamat.  Dan aku adalah salah satunya yang saat ini merasakan keuntungan menggunakan ojek online.  Tapi khususnya yang menggunakan kendaraan roda empat. 

Dengan mobilitas tinggi seringnya membawa dua bocah secara mandiri bepergian tanpa ditemani suami, rasanya lebih menguntungkan menggunakan ojek online berbentuk kendaraan roda empat dibandingkan naik angkot, bus, bahkan kendaraan sendiri jika si kecil masih batita yang susah diem dan mesti dipegangin biar ga kejedut sambil main-main dan tegak-tegak di atas jok mobil.  *fiyuuhh

Penggunaannya dengan aplikasi juga terasa mudah.  Tinggal cari, menanti bunyi deringan telepon, lalu tunggu kedatangannya.  Ditambah sistem deposit yang gak perlu buka dompet apalagi sampe pamer  mampangin kartu nama berderet yang sudah mulai lusuh.  Harganya jelas, dan (harusnya) masuk akal.

Jujur aku gak begitu tahu seberapa banyak jenis ojek online yang  terhampar di negara Indonesia tercinta.  Hanya beberapa yang sudah tenar dan besar saja yang aku tahu.  Ditambah satu nama baru yang muncul buatan lokal kota 'empek-empek' ku, bernama mangjek.  Tidak jelas kapan dimulai, belum pernah juga pakainya, apakah lebih memberi keuntungan atau justru merugikan yang  pada akhirnya nanti bisa tenggelam dalam persaingan transportasi umum khususnya diantara ojek online yang lebih kuat.

Terimakasih ya Omjek, Bangjek, Mangjek,dan apapun itu sebutanmu, kau kucari, kau kunanti dan kau yang kutunggu saat aku membutuhkanmu kapanpun kumau ^^

#ODOP
#bloggermuslimahindonesia









*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Aku kira siapa yg dicari, dinanti dan dibutuhkan, he.. ^^
    Iya kak setuju, aplikasi kendaraan online ini sangat memudahkan sekali, apalagi kalau tujuan kita tempat yg jauh yg jarang dilewati angkot atau harus berkali-kali ganti angkot..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emangnya yang kepikir siapa? Hihii..
      Ya itu si ojek online😀
      Iya, ganti2 angkutan umum dengan jark jauh, ckup menguras tenaga😅

      Hapus

Yuk tinggalkan komentar baik dan cerdas🤗

Terimakasih... 🙏