Ketika bicara kemandirian, awalnya ingin menuliskan tentang kemandirian anak
kedua yang saat ini berusia 3 tahun.
Namun karena sepertinya ‘sedikit’ mengulang sesuatu yang pernah
dilakukan sebelumnya di saat abangnya (anak pertama) usia yang sama, rasanya
sedikit kurang menantang.
Jadilah pilihannya adalah anak pertama yang saat ini berusia
mendekati 8 tahun. Mengapa menantang?
Selain ini pengalaman pertama, dan benar-benar tanpa intimidasi siapapun
mengingat saya tidak punya orangtua lagi, sedikit nostalgia di saat saya ikut
mengasuh adik saya yang terpaut 9 tahun usianya dengan saya. Pada saat itu saya
sudah SMA, sementara adik saya yang posisinya persis langsung di bawah saya
masih SD membuat saya ikut ‘mengasuh’ adik bungsu saya, ditambah di usia ini,
abang (saya memanggilnya) sejak memasuki usia 7 tahun lebih terlihat lebih
kritis dan bisa mudah protes tentang sesuatu hal yang menurutnya aneh, berbeda,
tidak sesuai, tidak menyenangkan atau apapun yang menurutnya lebih butuh
penjelasan.
Sebelum bercerita mengenai abang. Mungkin bisa dikatakan saya termasuk ibu yang
cukup tegaan dibandingkan ibu-ibu kebanyakan di jaman sekarang. Jika ibu lain bersedia membawakan tas anaknya
karena tidak tega melihat anaknya keberatan membawa tas, saya justru akan mudah
berkata, “ Jika abang merasa butuh, bawa sendiri. Jika ketinggalan kemudian hilang, umi tidak
akan membeli tas yang baru, kecuali umi punya uang lebih membeli tas abang yang
baru atau setelah umi pikir abang sudah pantas mendapat tas baru.” Ini disaat
usianya sudah 6 tahun. Ketika usianya
dibawah itu, saya hanya bilang, “ Ini tas abang”. Jadi pernah suatu hari kejadian, ketika
tersadar abang ketinggalan tasnya, langsung saja dia berlari kembali ketempat
meninggalkan tasnya dan yeaayy... dia
berteriak kegirangan bahwa tasnya masih berada ditempatnya dan masih menjadi
miliknya.
Untuk usianya yang hampir memasuki 8 tahun, abang sudah bisa
dikatakan cukup mandiri. Karena
kebetulan kami juga sudah terbiasa membuat kesepakatan, jika tidak ingin
hilang, simpan barangnya. Umi tidak akan
membeli yang baru sebelum benar-benar rusak.
Jika tidak ingin kehilangan waktu bermain di sore hari, maka tidur siang
tepat waktu agar tidak bangun kesorean. Jika tidak ingin digigit semut saat tidur,
bersihkan dan rapikan tempat tidur. Dan beberapa kesepakatan dan konsekuensi
yang pernah dan kemungkinan akan dirasakan olehnya. Sehingga banyak hal diusianya sudah dapat
dikerjakannya sendiri terutama untuk dirinya sendiri. Beberapa dan bahkan banyak hal, bukanlah sesuatu yang mulus berjalan. Dengan diskusi, debat, memberi alasan, mengalami 'kenyataan', membaca buku, bercerita dan banyak hal kemungkinan kami lakukan untuk mendapatkan kesepakatan dan dilakukan secara sadar bukan sebuah perintah.
Namun semenjak altair tidur sendiri dikamarnya di lantai dua, semenjak di usianya 7 tahun, justru kemandirian abang meletakkan baju kotor langsung begitu dia selesai mandi pagi ke keranjang
baju kotor, menyusun langsung pakaian yang sudah dilipatnya ke dalam lemari
dikamarnya dan meletakkan tas setelah berkegiatan di kamarnya, mulai teruji tidak seperti di saat masih tidur di kamar bawah. Memang tidak ada yang sempurna. Ditambah alasannya masuk akal. Karena kamarnya di lantai 2, mandinya pun di
kamar mandi atas, sementara setelah selesai ganti baju, abang kelupaan sudah
turun ke bawah dan mau sarapan kemudian berangkat. Jadi jika dibiarkanpun, baju kotor setelah
mandi pagi baru akan diletakkan setelah mandi sore, jika teringat atau pernah
kejadian saya biarkan saja hingga bajunya menumpuk lebih dari sehari, atau dia
baru ingat seragamnya belum dicuci, baru diturunkan semua baju kotornya dari lantai 2 dan membuat keranjang baju kotor, penuh mendadak. Holaa...
rebutan mesin cucipun terjadi, ujung-ujungnya saya biarkan dia mencuci baju seragamnya secara manual dengan menggunakan tangan dan kakinya yang mengucek sesekali menginjak diember sambil bermain busa. Hufftt.... jorok sekali dan membuat saya
gemas sendiri. Sementara abang tidak
terlalu merasa rugi, karena bajunya dilemari belum habis dipakai, atau diapun
merasa bisa mencuci bajunya sendiri, bahkan kesempatannya bermain air dan gelembung sabun menjadi lebih lama dan menyenangkan. Baju kotornya pun menumpuk di luar kamar mandi didekat sepeda statis,
bukan dikamarnya. aakh.... dilema jadinya. Hingga kepikiran apakah ini termasuk kemadirian yang terabaikan atau hanya perbedaan pendapat diantara kami?
foto : dokpri (diambil saat altair sedang berkegiatan pagi)
Sama halnya dengan baju yang sudah dilipatnya (lihat tips melipat baju cepat bersama abang). Tumpukan baju dari jemuran memang bisa
dilipatnya sendiri, namun hasil tumpukan yang sudah dilipatnya itu sering lupa
dibawa ke kamarnya di atas untuk disusun di lemarinya. Akibatnya tumpukan bajunya justru bukan
dilemari, tapi tersusun di kursi di ruang keluarga. Terkadang ketika baju yang dilemarinya habis,
baru dia bawa tumpukan sisa ke kamar atas, atau dia hanya mengambil baju yang
ingin dipakainya saat mau mandi sore.
Dan tetap saya yang merasa ‘gerah’.
Bukan karena dia tidak bisa melipat bajunya sendiri. Tapi lagi-lagi karena saya tidak suka melihat
kursi alih fungsi menjadi lemari baju. Rasanya untuk hal ini, saya tidak merasa egois #mencobamembeladiri
Hal yang sama terjadi dengan tasnya. Alasannya diapun belajar bersama saya di
bawah. Alat tulisnya berada di dalam
tas, daripada bolak-balik, sementara tiap hari tasnya dibawa, ngapain pakai
berat-berat dibawa ke kamar atas, mau belajar dibawa turun, lalu setelah
selesai dibawa ke kamar lagi dan besoknya dibawa turun lagi. Tapi hingga saat ini saya masih belum
menemukan tempat yang pas meletakkan tasnya, jadilah tasnya hari ini bisa
berada di kursi, di atas meja, tergeletak dilantai dipojokan dinding atau
dimana saja dia ingin meletakkan. Tidak
seperti membuang sampah ditempatnya, justru abang jauh lebih otomatis
dibandingkan otomatis meletakkan tas di kamarnya sendiri.
Karena harus fokus, maka hari ini saya memulai dari target
meletakkan baju kotor langsung ke keranjang baju kotor tanpa ditunda-tunda. Siapa tahu dengan fokus dan mengingatkan
secara terus menerus membuat abang terngiang-ngiang suara uminya dan segera
meletakkan baju kotor di tempatnya tanpa menunda-nunda. #eeh
“Abang.., jangan lupa turunin baju kotornya yaa sayang...”
#day1.0 Baju kotor
#Harike 1
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional
*With LOVE,
@her.lyaa
0 Komentar
Yuk tinggalkan komentar baik dan cerdas🤗
Terimakasih... 🙏