Siapa yang tidak kenal gadget?
Bisa dikatakan anak bayi baru lahir pun sudah dikenalkan dengan perangkat yang satu ini. (lho?).
Ilustrasi anak-anak main gadget - sumber gambar : blibli |
Gadget atau dalam bahasa Indonesia di sebut gawai dalam pengertiannya menurut KBBI adalah piranti elektronik atau mekanik dengan fungsi praktis.
Gadget identik dengan benda elektronik berukuran kecil yang mudah dibawa kemana-mana (mobile). Benda-benda seperti smartphone, tablet, mp3 merupakan benda yang populer saat ini. Namun dapat disimpulkan bahwa gadget mengalami perkembangan terus menerus hingga menjadi lebih baik dari fungsi hingga tampilannya.
Apakah Anda pernah merasa mendengarkan lagu dan murottal menggunakan mp3 player bahkan untuk bayi Anda saat masih dalam kandungan? Sementara saat bayi mungil lahir, kita mendokumentasikan dengan menggunakan kamera dari smartphone? Kemudian saat usia sibayi mulai beranjak anak-anak, digunakanlah tablet untuk kepentingan game edukatif (katanya).
Seberapa pengaruh gadget dalam Meningkatkan kecerdasan emosional dan sosial?
Beruntung saya diberi kesempatan untuk menghadiri seminar parenting dalam menyambut hari anak nasional yang di adakan oleh Hugo dengan narasumbernya Tika Bisono Psi, Mpsi yang merupakan psikolog sekaligus penyanyi dengan salah satu lagu hitsnya berjudul ketika senyummu hadir. Akhh..saya suka lagu ini (jadi ketahuan deh umur saya)
Dalam pemaparannya yang diberi judul Peran Guru dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Sosial Anak dari Efek Hadirnya Gadget, meskipun saya bukan dari kalangan guru namun sebagai orangtua yang memiliki anak di era digital saat ini membuat saya perlu membagikan kepada teman-teman orangtua dan guru yang mungkin tidak berkesempatan hadir di sana.
Seminar diawali dengan kata sambutan, pembacaan doa dan
beberapa penyerahan cinderamata untuk pihak-pihak terkait yang mewakili. Terlihat standard lah ya:p Namun dari sekian acara
pembukaan, yang menarik perhatian saya adalah penampilan dari anak-anak TK
dalam memerankan profesi pemadam kebakaran. Hugo city selaku penyelenggara seminar, merupakan wahana
permainan berada di Palembang yang mengenalkan berbagai profesi. Pemadam
kebakaran merupakan profesi favorit kebanyakan anak-anak karena imagenya yang
berani, bertanggungjawab, dan penolong banyak orang, apakah ada kaitannya
dengan pemaparan materi Peran Guru dalam Meningkatkan Kecerdasan
Emosional dan Sosial Anak dari Efek Hadirnya Gadget? Baca terus hingga selesai yaa...
Technology is Man’s Made Best Friend…It is for The Welfare of Life Quality (Tika Bisono)
Pertanyaan awal dilontarkan oleh Tika Bisono kepada semua
peserta yang hadir sebelum slide awal dibuka.
“Apa peran Guru saat berada di depan?”.
Beberapa peserta mengacungkan jari mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan dilanjutkan dengan bertanya,
“Bagaimana dengan peran Guru saat di tengah? Contohnya apa? Dan bagaimana
dengan peran Guru di belakang?”
Tika Bisono rupanya memulai penjelasannya dengan membuka
kembali pemahaman para guru mengenai Falsafah Pendidikan Indonesia yang
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara di tahun 1922. Falsafah tersebut adalah Ing Ngarso Sung
Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Besarnya peran guru dalam membimbing murid
baik dari memberikan teladan, memberikan support dan semangat hingga memberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk anak didik agar dapat berkembang lebih baik.
Dikaitkan dengan kondisi saat ini, peran gadget juga cukup mempengaruhi kehidupan kita, bisa di
sebutkan antara lain:
1.
Anak lebih “melek teknologi” daripada orang tuanya.
2.
Anak sudah
diberikan gadget sejak
kecil.
3.
Orang tua
yang selalu sibuk bekerja dengan gadget.
4.
Kurangnya
kontrol orang rua dalam penggunaan gadget.
5.
Komunikasi langsung dalam keluarga tergantikan
dengan komunikasi gadget dalam keluarga
Diperkuat dengan
situasi-situasinya, yaitu :
• Filosofi
teknologi : teknologi
sesungguhnya diciptakan untuk membantu
kehidupan manusia yang pada hakikatnya bersifat netral.
• Pengaruh positif atau negatif yang bisa timbul
dari perkembangan teknologi tergantung dari kearifan individu dalam memanfaatkannya.
• Hal yang terjadi sekarang adalah teknologinya yang disalahkan atas
dampak-dampak negatif yang muncul, bukan manusia sebagai penggunanya.
• Anak
semakin fasih teknologi,
sementara masih banyak orangtua yang
gagap teknologi (gaptek), tidak peduli dan memilih untuk tetap gagap
(tidak mau belajar).
• Kurikulum & sistem pengajaran yang masih menganak-emaskan kecerdasan otak kiri anak.
Apa sih perbedaan
otak kiri dan kanan?
Menurut Tika Bisono otak kiri merupakan proses berpikir bersifat: logis/rasional, sekuensial, linier ; Melakukan penafsiran Abstrak dan Simbolis ; Berespon pada stimulus yang membutuhkan kemampuan menganalisa, menjelaskan, diskusi, membuat keputusan. Sementara otak kanan merupakan proses berpikir yang bersifat acak/tidak teratur, intuitif, holistik ; meliputi kesadaran perasaan, visual-spasial, pengenalan bentuk, warna, pola, musik, seni ; Berfungsi saat melakukan aktivitas menggambar, olahraga, menyanyi, memeragakan.
Menurut Tika Bisono otak kiri merupakan proses berpikir bersifat: logis/rasional, sekuensial, linier ; Melakukan penafsiran Abstrak dan Simbolis ; Berespon pada stimulus yang membutuhkan kemampuan menganalisa, menjelaskan, diskusi, membuat keputusan. Sementara otak kanan merupakan proses berpikir yang bersifat acak/tidak teratur, intuitif, holistik ; meliputi kesadaran perasaan, visual-spasial, pengenalan bentuk, warna, pola, musik, seni ; Berfungsi saat melakukan aktivitas menggambar, olahraga, menyanyi, memeragakan.
Bagaimana dengan pemanfaatan
peran teknologi informasi? Teknologi informasi yang mencakup internet,
email, sms, bbm dapat memperbaiki/menyelesaikan masalah termasuk membantu
memperlancar komunikasi. Faktanya di
Inonesia (situasi sekarang-data diambil dari depkominfo 2013) dengan pengguna
internet : 25 juta orang (10,5% populasi), pengguna paling dominan adalah di
tingkat remaja (15-19 tahun) sebanyak 64% diantaranya pengguna facebook 11,7
juta orang dan jumlah blogger sebanyak 700 ribu orang. Layanan yang digunakan yaitu email (59%),
sosial networking (58%), search engine (56%), berita online (47%), blog (36%),
online games (35%)
Menariknya dalam
penggunaan teknologi, dampak positif juga diiringi dampak negatif. Perbandingan yang seimbang dari keduanya
semestinya disikapi dengan bijak.
Menggali potensi motorik, potensi akal, potensi emosi dan sosial,
memperkaya pengetahuan dan informasi, kebangsaan budaya, mendapatkan hiburan
hingga meningkatkan minat belajar melalui e-learning dengan tersedianya
aplikasi aktraktif dan interatif yang menyenangkan merupakan hal positif yang
bisa kita dapatkan. Namun fondasi filter
anak yang belum tentu baik, bisa saja membuat pemahamannya mudah salah,
informasi yang tidak sesuai tersebut memungkinkan memicu perilaku negatif anak
seperti bahasa kasar, ide menghancurkan, berkelahi dan sejenisnya. Belum lagi
impulsivitas utnuk memiliki teknologi terbaru tanpa tahu tujuan, manfaat,
bahkan tidak tahu cara pakai sehingga tidak mau belajar, melakukan peniruan
hingga terganngunya perkembangan psikososial.
Kejahatan melalui internet saat ini bukan hanya sebagai alat
penipuan. Komputer sebagai tempat
penyimpanan, dan target dalam hal pornografi anak.
Berbahaya? Yup! Ada konten SARA, pornografi, hingga info
menyesatkan yang dimulai hingga berkelanjutan dari informasi kontak dan email
yang mengancam, termasuk chating dengan orang asing, ditambah perdagangan yang
membiaskan antara iklan dan konten, juga invasi data + SPAM
Disisi lain, kita tidak menyangkal adanya film animasi yang
dapat mencerdaskan anak. Dengan animasi
gerak dan suara, bisa saja membuat abak senang dan mengarah ke proses belajar,
pesan moral dapat disampaikan oleh animator, Rangsangan sensorik melalui visualisasi, gerakan, pendengaran dan
pengulangan akan membangun respon anak
untuk belajar (Skinner) dan Interaksi
orang tua/guru/pengasuh menjadi kunci penting dalam optimalisasi tumbuh
kembang anak ketika beraktifitas gadget
Yuk kita bahas dulu mengenai
kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence /MI) menurut Howard Gardner, 1985
yang menyatakan bahwa suatu Suatu konsep yang menjelaskan pandangan tentang
multi dimensi kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan yang lebih spesifik.
Kecerdasan
individu tidak hanya diukur berdasarkan skor IQ semata, melainkan melalui kemampuan dalam menyelesaikan masalah
ditambah kemampuan menghasilkan karya/menciptakan sesuatu.
Sembilan kecerdasan Multiple
Intelligence tersebut adalah :
1. Kecerdasan VERBAL / LINGUISTIK
Kemampuan menggunakan & memahami kata dan perbedaan makna
Kemampuan mengungkapkan pikiran dengan kalimat
Misalnya :
·
Pandai
berbicara, kaya perbendaharaan kata
·
Pandai
bercerita, berpuisi
·
Menulis/membuat
karangan
·
Membuat
candaan (jokes) dengan kata-kata
Stimulasi :
•
Memperkenalkan
sebanyak mungkin kosa kata dalam kegiatan sehari-hari di sekolah maupun di
rumah
•
Meningkatkan
minat baca anak
•
Intens
berkomunikasi 2 arah dengan anak
Contoh tokoh yang memiliki kecerdasan
verbal/linguistik:
Rosihan anwar, W.S Rendra, J.K rowling
2. Kecerdasan
LOGIKA-MATEMATIKA
Kemampuan memanipulasi jumlah (bekerja dengan angka)
Kemampuan berpikir induktif & deduktif
Kemampuan berpikir abstrak, dapat mencari sebab-akibat
Misalnya :
·
Mengerjakan
soal matematika dengan cepat & tepat
·
Bisa
memberi kritik atas pernyataan orang lain
·
Prestasi
akademis baik
Stimulasi :
•
Bermain
game dengan bilangan & logika (puzzle, sudoku, teka-teki
silang, taman sesat)
•
Melatih
anak melakukan segala sesuatu dengan terstruktur
•
Obrolan
ringan tentang sebab-akibat dengan topik yang menarik bagi anak
Contoh tokoh/profesi yang memiliki
kecerdasan logika-matematika:
Albert Einstein, Programer, Ilmuwan
. 3. Kecerdasan VISUAL-SPASIAL
Kemampuan
melihat/berpikir secara 3 dimensi (menilai hubungan antara objek & ruang).
Dapat
mengamati/menilai lingkungan secara holistik - imajinatif
Misalnya :
·
Bisa
mencipta ulang dunia visual
·
Mampu
membuat representasi grafis
·
Terampil
mengendarai mobil/motor/sepeda
Stimulasi :
•
Bermain
dengan puzzle 3 dimensi, balok-balok kayu, lego
•
Mendorong
anak menghasilkan karya seni (gambar/lukisan, benda 3 dimensi dari kayu – lilin
malam – kardus – karton)
•
Melatih
keterampilan anak membaca peta
Tokoh/profesi yang membutuhkan kecerdasan
visual-spasial misalnya
Pilot, arsitek, fotografer
4. Kecerdasan FISIK-KINESTETIK
Kemampuan bergerak,
menyentuh, mengenal dunia melalui otot
Mampu mengontrol
gerakan, keseimbangan tubuh, ketangkasan
Keterampilan motorik
kasar & halus
Misalnya :
·
Bisa
menghasilkan gerakan tubuh secara tepat
·
Terampil
& lentur dalam menari, olahraga, pantomim
·
Prestasi
olahraga baik
Stimulasi :
•
Mengajarkan
anak makan-mandi-memakai baju/sepatu sendiri
•
Melakukan
banyak aktivitas fisik bersama anak (misalnya: olahraga main bola atau
membereskan rumah)
•
Mengajak
anak “bergoyang” setiap mendengar music
Tokoh/profesi yang membutuhkan kecerdasan Fisik
- Kinestetik misalnya
Atletik/Olahragawan, Penari
5. Kecerdasan MUSIKAL
Kemampuan menerima
& menciptakan pola pitch (nada suara), melodi, dan ritme
Misalnya
:
·
Cepat
belajar menyanyikan lagu baru
·
Terampil
menadakan lagu (solmisasi)
·
Pandai
memainkan alat musik
·
Mampu
menciptakan sebuah komposisi lagi
Stimulasi :
•
Mengajarkan
anak bernyanyi & menyanyi bersama anak
•
Memperkenalkan
anak dengan alat musik/benda-benda yang bisa menghasilkan bunyi-bunyi harmonis
•
Karaoke
sebagai alternatif rekreasi keluarga
Tokoh/profesi yang membutuhkan kecerdasan Musical
misalnya
Addie M.S, Maya Hasan, Rossa
6. Kecerdasan INTERPERSONAL
Mampu
membentuk & menjaga hubungan dengan orang lain
Mengerti
berbagai peran dalam masyarakat
Misalnya :
·
Pandai
membaca suasana hati, motivasi, & maksud orang lain
·
Senang
berinteraksi dengan orang lain
·
Memiliki
social networking yang luas
·
Menikmati
aktivitas bersama teman/keluarga/relasi/orang lain
M Stimulasi:
•
Libatkan
anak dalam permainan kelompok
•
Fasilitasi
anak mengikuti kegiatan kompetisi/sosialisasi antar sekolah
•
Latih
anak mengucapkan salam & berkenalan dengan setiap orang yang orangtua temui
Tokoh/profesi yang membutuhkan kecerdasan Interpersonal
misalnya
Motivator, Duta besar
7. Kecerdasan INTRAPERSONAL
Kemampuan
memahami diri sendiri, perasaan, & tujuan hidup
Pandai
mengatualisasikan & memotivasi diri sendiri
Misalnya :
·
Tampil
Percaya Diri di hampir semua situasi
·
Bisa
mematuhi peraturan
·
Mampu
mengendalikan emosi yang ekstrim seperti
kemarahan / kegembiraan yang
berlebihan
Stimulasi:
•
Melatih
anak mengenal karakter tokoh dalam cerita/dongeng
•
Menugaskan
anak bermain peran dengan karakter berbeda-beda
8. Kecerdasan NATURALISTIK
Kemampuan
mengamati alam/lingkungan
Memiliki
ketertarikan & keterikatan pada alam
Mampu
melihat persamaan & perbedaan dari hal-hal yang ditemui
Misalnya :
·
Mengembangkan
pengetahuan akan alam
·
Menikmati
& merasa bisa menyatu dengan alam
·
Senang
berkebun / memelihara binatang
·
Secara
alami mengagumi & mengapresiasi keindahan alam
Stimulasi :
•
Bercerita
tentang alam & mengajarkan anak membedakan antara benda alam dan buatan
•
Menugaskan
anak memiliki 1 tanaman untuk dirawat di sekolah
•
Mengajak
anak rekreasi di alam terbuka (outbound)
Tokoh/profesi yang membutuhkan kecerdasan naturalistik
misalnya
Polisi Hutan, Perawat Hewan
9. Kecerdasan EKSISTENSIAL
Kemampuan menyadari
keberadaan (eksistensi) diri dengan segala kemampuan & bakat yang
dianugerahkan Tuhan
Misalnya :
·
Sadar
bahwa keberhasilan adalah berkat usaha & kemampuan diri sendiri, bukan karena kebetulan/nasib baik
·
Bangga
& percaya diri akan kemampuan diri yang dimiliki
·
Mau
mencari & bisa menemukan makna serta tujuan hidup
Stimulasi :
•
Memberikan
pujian & penghargaan atas prestasi anak
•
Menunjukkan
antusiasme & respon positif saat anak membanggakan dirinya
•
Mendorong
anak mengeksplorasi kemampuannya
Tokoh/profesi yang membutuhkan kecerdasan eksistensial
misalnya
Rene Descartes – “Cogito Ergo Sum”
Guru,
Orang Tua, Pendidik dan Pengasuh HARUS :
- Dampingi anak ketika menerima atau menggali informasi & beri penjelasan!!Jika anak bertanya, jawablah pertanyaan tersebut dengan rinci & sesuai dengan tahap perkembangan anak.
- Rancang jadwal kegiatan anak. Atur waktu yang jelas untuk : BELAJAR – NONTON TV – BERMAIN
- Seleksi Informasi yang cocok untuk anak.
- Bangun Kerjasama dengan seluruh anggota rumah. Pastikan! à Ayah – Ibu – Pengasuh – Kakek – Nenek KOMPAK & memiliki pengertian yang sama mengenai anak & seluk-beluk masalah teknologi informasi tersebut.
- Lebih updated / maju / di depan dibandingkan anak. Jangan terjadi…! Anak sudah menjadi anggota situs jejaring sosial, sementara orang tua bahkan tidak tahu apa yang dimaksud dengan Facebook, Friendster, Twitter, MySpace, dll.
- Konsisten dalam bertindak. OPP harus selalu: BERTINDAK secara KONSISTEN, Tidak bosan-bosan memberikan pengertian kepada anak, sehingga anak tahu dengan jelas mana yang boleh, mana yang tidak, mana yang baik, mana yang buruk
1 Bukan hanya cinta…
Guru
& Orang Tua yang bijak akan merawat buah hatinya dengan cinta dan… pengetahuan…!
Cinta adalah mediator dan pengetahuan adalah
penggeraknya…!
Sebagian besar sumber tulisan merupakan materi presentasi Tika Bisono, Psi, MPsi
Sebagian besar sumber tulisan merupakan materi presentasi Tika Bisono, Psi, MPsi
*With LOVE,
@her.lyaa
0 Komentar
Yuk tinggalkan komentar baik dan cerdas🤗
Terimakasih... 🙏