Hayo Serius!


Mulai masuk satu minggu, Altair mulai terbiasa dengan tantangannya.  Justru dia jadi nagih dan bertanya hari ini temanya apa? Tentu saja Umi ikut senang, tapi kok ada yang beda ya? jadi berasa kebablasan dengan tantangannya.  Maksudnya apa?

Jadi begini, karena tantangannya ini, altair memang harus mengatur waktunya dengan kewajiban dan rutinitas yang lain.  Hanya saja ketika dia menggambar tantangan dari tema yang sudah diberikan, rasanya seperti keasyikan sendiri.  Kalau dia merasa belum menyelesaikan, jadinya kerjaan yang lain mundur pula.  Atau kerjaan lain dikerjakan dengan cara cepat-cepat, yang penting dikerjakan.  Kesannya sih begitu.

Seperti tugasnya menyapu teras, hanya persekian detik, sudah selesai saja.  Eh, sapunya lupa disusun di pojokan lagi.  Belum lagi tugas sempoanya ditunda, hingga yang seharusnya mengerjakan 5 bagian, bisa terlewat satu bagian.  Memang minta maaf sih, alasannya kelewatan, dikirain sudah semua.  Nah kan..., kalau misalnya lebih hati-hati membalik lembarannya, semestinya kan gak akan terlewat lembarannya yang sudah ditandai.  Hmm...

"Altair, Hayo...yang serius dong.  Kalau kerjainnya asal ngerjain, ya hasilnya jadi kurang bagus nanti." Kataku mengingatkan.

"Iya Umi, ini serius kok.  Altair lagi sibuk nih, nanti lagi ya Umi sayang." Sahutnya sambil terus menggores crayonnya.

Altair yang serius menggambar (dokpri) 

Hmm... Baiklah,   Aku duduk disampingnya sambil menemani adek yang gak mau kalah mengikuti kerjaan Abangnya.

Setelah selesai mengerjakan gambarnya, Altair mulai menulis ceritanya.  Urusan yang satu ini memang cukup menguras emosi dan perasaan.  Dengan gaya menulisnya yang perlahan, tulisannya yang besar yang bisa menghabiskan kertas berlembar-lembar, namun ceritanya belum selesai, hingga akhirnya aku baca kembali ceritanya.  Waah... Ada beberapa ejaan yang salah, menulis cepat-cepat sambil melihat jam memang membuat konsentrasinya mulai pecah.

"Hayo sayang, yang serius dong. Pelan- pelan tapi benar lebih baik daripada cepat selesai, tapi mesti periksa ulang.  Waktunya jadi lebih banyak kebuang", Kataku kemudian.

"Iya Umi.  Tapi bagaimana kalau Umi bantu Altair? Katanya ini tugasnya sama-sama? Jadi, Altair yang cerita, Umi yang ketik ya.., nanti kalau ada yang salah, bantuin benerin kata-katanya." Ujarnya

Aku langsung ingat,  Ini memang kerja sama dengan anak.  Biarkan Altair bercerita, Aku mendengar, kemudian jika ada yang sedikit janggal kalimatnya, apalagi tanda bacanya, mungkin lebih baik aku coba bantu.  Walaupun sebenarnya aku juga masih harus belajar tentang eyd, hehe...

Dan sesuai perkiraan, beda rasanya ketika Altair bercerita dengan menulis sendiri.  Hingga Aku cukup menganalisa, dan mencoba menuliskannya dengan semampuku.  

Altair sih enak, ngomong itu lebih mudah ketimbang menuliskan kembali. Dia nyerocos cerita, aku mengedit tulisan.   Sesekali aku dibuat tertawa mendengar ceritanya.  Memang anak auditory jika diminta bercerita bisa dibawa kemana-kemana, giliran menulis, Hmm... Hayooo, yang serius dong Bang!


#Day15
#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam



*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

0 Komentar