Beberapa hari lalu, saya menemani anak pertama saya belajar mengenai silsilah keluarga. Silsilah keluarga yang dikenal juga dengan pohon keluarga atau family tree dalam bahasa inggrisnya *hehehe...
Sebenarnya seberapa pentingkah kita mengetahui asal keturunan kita? Pernahkah terbayang bagaimana nasib anak-anak yang tidak tahu dilahirkan oleh siapa? Apakah penting baginya mengetahui dia memiliki keluarga atau tidak, sementara setiap harinya, waktu yang dihabiskan hanya untuk menafkahi dirinya sendiri, berjuang dan berharap hidupnya akan semakin baik. Bahkan seringkali yang terjadi ketika ia sudah berhasil banyak yang mengaku-ngaku sebagai keluarganya, padahal sebelumnya ia merasa tidak memiliki keluarga. Miris bukan?
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang tahu dilahirkan oleh siapa? Seberapa pentingkah mengetahui asal usul keluarganya? Apakah dengan mengetahui dia berasal dari keluarga yang seperti apa dapat mempengaruhi hidupnya? Akankah jika ia tahu bahwa dia berasal dari keturunan keluarga 'berada' membuatnya jadi sombong dan angkuh? Atau sebaliknya ketika ia tahu dia dari keluarga menengah ke bawah justru membuatnya kecil hati? Seperti bumerang bukan?
Atau mengetahui pohon keluarga hanya sekedar untuk mengenal sebuah panggilan terhadap seseorang? Jika dia adalah ayahnya ayah maka kita akan memanggilnya dengan kakek, atau boleh juga dengan sebutan opa, ofu, bakas, datuk, atau apapun yang masing-masing orang inginkan. Tapi lagi-lagi jika dihadapkan dengan berbagai macam perbedaan penyebutan panggilan, mengapa dibuku tidak ada pilihan sebutan yang biasa si anak lakukan? Pilihannya kalau ayahnya ayah ya kakek, Tidak ada pilihan lain.
Sejak dulu, keluarga saya memanggil saudara ayah atau ibu dengan sebutan yang beraneka ragam, biasa kami memanggil mereka sama dengan panggilan anak-anak mereka terhadap beliau. Kalau dipanggil mama, kamipun akan menyebutnya dengan mama, begitu juga jika sepupu saya memanggil ibu saya dengan sebutan mama, karena kami anak-anaknya juga memanggil ibu saya dengan sebutan mama. Lalu salahkah saya ketika ditanya saudara perempuan ibu disebut mama, bukan bibi seperti yang tertulis di buku? Salahkah anak saya jika menyebut kakak perempuan saya dengan panggilan bunda seperti yang diinginkan oleh beliau?
Saya hanya berpikir bahwa pengenalan pohon keluarga berkisar berdasarkan kekerabatan berdasarkan pertalian darah. Tidak lebih. Karena saya menganggap persaudaraan dan kekeluargaan lebih Dari sekedar hubungan darah. Kita semua sesama manusia turunan adam dan hawa dalam penciptaanNya. Mengetahui pohon keluarga terbatas hanya beberapa orang saja. Pun, jika lebih luas, sebutannya masih tidak lepas dari saudara, saudara dari saudaranya, saudara ....? atau dia, ayah dari ayahnya saudara ayah, suami dari ibunya, Ibu....? Hahaha bingung kan? Saya juga bingung.
Disanalah peran pohon keluarga menjadi penting, yaitu mempermudah posisi seseorang dengan menggunakan skema/chart dilengkapi nama yang bersangkutan. Selain dari itu, saya tidak begitu tahu.
Bagaimana dengan anda?
*Tulisan ini murni pendapat pribadi penulis, jika ada yang kurang berkenan, jangan dibuat menjadi perdebatan, namun boleh disharing bersama untuk lebih membuka wawasan kita semua.
Wallahu a'lam bishawab
#ODOP
#bloggermusimahindonesia
Sebenarnya seberapa pentingkah kita mengetahui asal keturunan kita? Pernahkah terbayang bagaimana nasib anak-anak yang tidak tahu dilahirkan oleh siapa? Apakah penting baginya mengetahui dia memiliki keluarga atau tidak, sementara setiap harinya, waktu yang dihabiskan hanya untuk menafkahi dirinya sendiri, berjuang dan berharap hidupnya akan semakin baik. Bahkan seringkali yang terjadi ketika ia sudah berhasil banyak yang mengaku-ngaku sebagai keluarganya, padahal sebelumnya ia merasa tidak memiliki keluarga. Miris bukan?
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang tahu dilahirkan oleh siapa? Seberapa pentingkah mengetahui asal usul keluarganya? Apakah dengan mengetahui dia berasal dari keluarga yang seperti apa dapat mempengaruhi hidupnya? Akankah jika ia tahu bahwa dia berasal dari keturunan keluarga 'berada' membuatnya jadi sombong dan angkuh? Atau sebaliknya ketika ia tahu dia dari keluarga menengah ke bawah justru membuatnya kecil hati? Seperti bumerang bukan?
Atau mengetahui pohon keluarga hanya sekedar untuk mengenal sebuah panggilan terhadap seseorang? Jika dia adalah ayahnya ayah maka kita akan memanggilnya dengan kakek, atau boleh juga dengan sebutan opa, ofu, bakas, datuk, atau apapun yang masing-masing orang inginkan. Tapi lagi-lagi jika dihadapkan dengan berbagai macam perbedaan penyebutan panggilan, mengapa dibuku tidak ada pilihan sebutan yang biasa si anak lakukan? Pilihannya kalau ayahnya ayah ya kakek, Tidak ada pilihan lain.
Sejak dulu, keluarga saya memanggil saudara ayah atau ibu dengan sebutan yang beraneka ragam, biasa kami memanggil mereka sama dengan panggilan anak-anak mereka terhadap beliau. Kalau dipanggil mama, kamipun akan menyebutnya dengan mama, begitu juga jika sepupu saya memanggil ibu saya dengan sebutan mama, karena kami anak-anaknya juga memanggil ibu saya dengan sebutan mama. Lalu salahkah saya ketika ditanya saudara perempuan ibu disebut mama, bukan bibi seperti yang tertulis di buku? Salahkah anak saya jika menyebut kakak perempuan saya dengan panggilan bunda seperti yang diinginkan oleh beliau?
Saya hanya berpikir bahwa pengenalan pohon keluarga berkisar berdasarkan kekerabatan berdasarkan pertalian darah. Tidak lebih. Karena saya menganggap persaudaraan dan kekeluargaan lebih Dari sekedar hubungan darah. Kita semua sesama manusia turunan adam dan hawa dalam penciptaanNya. Mengetahui pohon keluarga terbatas hanya beberapa orang saja. Pun, jika lebih luas, sebutannya masih tidak lepas dari saudara, saudara dari saudaranya, saudara ....? atau dia, ayah dari ayahnya saudara ayah, suami dari ibunya, Ibu....? Hahaha bingung kan? Saya juga bingung.
Disanalah peran pohon keluarga menjadi penting, yaitu mempermudah posisi seseorang dengan menggunakan skema/chart dilengkapi nama yang bersangkutan. Selain dari itu, saya tidak begitu tahu.
Bagaimana dengan anda?
*Tulisan ini murni pendapat pribadi penulis, jika ada yang kurang berkenan, jangan dibuat menjadi perdebatan, namun boleh disharing bersama untuk lebih membuka wawasan kita semua.
Wallahu a'lam bishawab
#ODOP
#bloggermusimahindonesia
*With LOVE,
@her.lyaa
0 Komentar
Yuk tinggalkan komentar baik dan cerdas🤗
Terimakasih... 🙏