"Haiii....! Udah berapa buntut loe sekarang?"
"Hayuklah, nambah lagi..., biar rame"
"Semoga cepet punya anak yah"
"Mau sampai kapan nih? Buruan punya anak sebelum usia kamu tambah tua"
Dan banyak percakapan yang ujung-ujungnya dikaitkan dengan masalah anak.
Kemarin malam, saya berkunjung ke rumah tetangga saya yang pintar jahit. Kebetulan tujuan utama saya adalah ngambil pesanan jahitan beberapa hari yang lalu. Tetangga saya ini, yang biasanya saya panggil dengan sebutan tante, adalah orang yang pendiam. Mungkin seorang penjahit pada umumnya memang pendiam ya? Jika bicara dengan beliau, omongannya terbatas, hanya seputaran, iya-tidak atau mungkin. Tapi tidak malam itu. Padahal saya mengambil jahitan saya sudah cukup malam, hampir jam 9 malam. Karena pintunya masih terbuka, jadi saya memberanikan diri untuk tetap bertamu. Dan ternyata dia biasa tutup pintu setelah jam 9 malam, jadi saya memang kemalaman, tapi masih diberi ijin masuk, dan intinya tidak akan lama. Tapi..., baru malam itu saya mendengar ocehan panjang dari si tante, hingga jam di dinding sudah nenunjukkan jam 9 malam, si tante masih asyik bercerita. Tumben, pikirku. Saya juga tidak masalah mendengar dia bercerita. Sayapun tetap diam menyimak dan tidak bergeming, hingga jam di dinding menunjuk pukul setengah sepuluh malam, sayapun yang mencoba mengakhiri dengan berkata, "Wah gah terasa sudah setengah sepuluh aja nih..."
Dan si tante berkata, 'Lhaa iya..., waduuh..maaf ya, keterusan ini..mesti dicariin adek".
"Ga pa-pa te, belum pernah ini." ujarku sambil tersenyum. "Insya Allah kapan-kapan ngbrol lagi ya te, makasih ya" sambungku
"Hehehe....Insya Allah. Dah sana, ntar adek kebangun, dicariin" sahutnya kepadaku.
Sayapun berpamitan.
Naah...jadi apa sih yang sebenarnya diobrolin? Bersambung dengan bahasan awal dan judulnya, bahasannya adalah punya anak. Ternyata bahasan ini adalah bahasan yang disukai oleh si tante pendiam ini. Punya anak jangan sekedar punya anak.
Lho, emang sejak kapan punya anak, tp jadi sekedar punya anak?
Jadi begini, menurut dia, terkadang orangtua suka terlupa dan lalai dalam mendidik anak. Kebanyakan orangtua jaman sekarang hanya sibuk cari uang. eets, jangan marah dulu ya😉 Memang sih, uang yang dicari katanya untuk si anak, buat makan, buat sekolah yang jujur saat ini sekolah yang katanya mendidik anak, justru menerima anak yang sudah tidak perlu dididik dan biayanyapun mahal. Anak yang belum bisa membaca, ditolak. Akhirnya anak di kasih les baca tulis dulu, sudah bisa baru diterima. Selama proses sekolah, guru mengajarkan materi pelajaran saja, jarang guru-guru seperti dulu sambil belajar sering memasukkan nilai moral kepada murid. Nah terus kalo gak ngerti sekolahnya, ya les aja lagi. Yang biayain orangtua, biar bisa kebayar, orangtua kerja sana sini buat cukupin uangnya. Dan apa kabar anaknya? Anak akan mencari oranglain yang bisa membuatnya nyaman. Kalau ketemu orang yang bener, ya Alhamdulillah, kalau salah? Astagfirullah.
Hiburan anak-anak sekarang kalau ga ke mall, karaokean. Suka miris aja, dulu betapa bahagianya saya yang masih anak-anak bisa sepedaan sama orangtua, atau cuman sekedar piknik di halaman belakang hasil kebun singkong yang dicabutin rame-rame. Kalo sekarang ga ada duit kesannya ga bahagia. Anak jaman sekarang terkadang sebagai prestise orangtua saja. Bajunya mahal, mainannya udah seperti beneran saja, yang dilihatin hape aja..,maksudnya bukan gak boleh dikasih begituan, cuman ya itu tadi orangtuanya mau beliin yang begituan jadinya suka ga ketemu sama anaknya. Pergi pagi, anak belum bangun. pulang malam, anak sudah tidur, begitu ketemuan kerjaannya belanja lagi.
Kebayang kan, di Sekolah gurunya juga cuman sekedar mengajar, wajarlah, bukan anaknya juga. Di rumah, susah ketemu orangtua sendiri. Ibu rumah tanggapun sekarang gak kalah sibuk dengan bapaknya. Arisan dimana-mana, bilangnya sih sepi, anak-anak kan sekolahnya full day. Nah..kan yang masukin sekolah kesana siapa? Katanya itu sekolah bagus, bayarnya juga mahal. Apa iya sekolah mahal itu pasti bagus? Yang jelas fasilitasnya emang lebih lengkap. Tapi, yang punya anak itu orangtuanya atau gurunya?
"Fiuuuh tante, berat juga nih bahasan" ujarku
"Hhehe..." Si tante tertawa kecil, kemudian melanjutkan bahasannya.
Nah itulah.. maksud saya, sekarang itu kebanyakan punya anak sekedar punya anak. Dikasih uang itu artinya sudah sayang anak. Kalau dulu anak itu punya bersama, ada salah satu kampung ikut benerin, Kalo sekarang dibiarin saja, yang ada malah diajak gak bener. Tuh lihat yang anaknya di ajakin OT *kalo di kota saya istilah itu digunakan untuk acara Organ Tunggal kebanyakan ngundang biduan baju seksi. Ujung-ujungnya diajak minum gak bener. *upps..
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu mempunyai anak bukan sekedar punya anak?
*Tante si penjahit merupakan tetangga rumah di tempat sebelumnya. Seorang ibu rumah tangga yang memiki putri yang sudah menginjak kelas 3 SMA.
#ODOP
#bloggermuslimahindonesia
"Hayuklah, nambah lagi..., biar rame"
"Semoga cepet punya anak yah"
"Mau sampai kapan nih? Buruan punya anak sebelum usia kamu tambah tua"
Dan banyak percakapan yang ujung-ujungnya dikaitkan dengan masalah anak.
Kemarin malam, saya berkunjung ke rumah tetangga saya yang pintar jahit. Kebetulan tujuan utama saya adalah ngambil pesanan jahitan beberapa hari yang lalu. Tetangga saya ini, yang biasanya saya panggil dengan sebutan tante, adalah orang yang pendiam. Mungkin seorang penjahit pada umumnya memang pendiam ya? Jika bicara dengan beliau, omongannya terbatas, hanya seputaran, iya-tidak atau mungkin. Tapi tidak malam itu. Padahal saya mengambil jahitan saya sudah cukup malam, hampir jam 9 malam. Karena pintunya masih terbuka, jadi saya memberanikan diri untuk tetap bertamu. Dan ternyata dia biasa tutup pintu setelah jam 9 malam, jadi saya memang kemalaman, tapi masih diberi ijin masuk, dan intinya tidak akan lama. Tapi..., baru malam itu saya mendengar ocehan panjang dari si tante, hingga jam di dinding sudah nenunjukkan jam 9 malam, si tante masih asyik bercerita. Tumben, pikirku. Saya juga tidak masalah mendengar dia bercerita. Sayapun tetap diam menyimak dan tidak bergeming, hingga jam di dinding menunjuk pukul setengah sepuluh malam, sayapun yang mencoba mengakhiri dengan berkata, "Wah gah terasa sudah setengah sepuluh aja nih..."
Dan si tante berkata, 'Lhaa iya..., waduuh..maaf ya, keterusan ini..mesti dicariin adek".
"Ga pa-pa te, belum pernah ini." ujarku sambil tersenyum. "Insya Allah kapan-kapan ngbrol lagi ya te, makasih ya" sambungku
"Hehehe....Insya Allah. Dah sana, ntar adek kebangun, dicariin" sahutnya kepadaku.
Sayapun berpamitan.
Naah...jadi apa sih yang sebenarnya diobrolin? Bersambung dengan bahasan awal dan judulnya, bahasannya adalah punya anak. Ternyata bahasan ini adalah bahasan yang disukai oleh si tante pendiam ini. Punya anak jangan sekedar punya anak.
Lho, emang sejak kapan punya anak, tp jadi sekedar punya anak?
Jadi begini, menurut dia, terkadang orangtua suka terlupa dan lalai dalam mendidik anak. Kebanyakan orangtua jaman sekarang hanya sibuk cari uang. eets, jangan marah dulu ya😉 Memang sih, uang yang dicari katanya untuk si anak, buat makan, buat sekolah yang jujur saat ini sekolah yang katanya mendidik anak, justru menerima anak yang sudah tidak perlu dididik dan biayanyapun mahal. Anak yang belum bisa membaca, ditolak. Akhirnya anak di kasih les baca tulis dulu, sudah bisa baru diterima. Selama proses sekolah, guru mengajarkan materi pelajaran saja, jarang guru-guru seperti dulu sambil belajar sering memasukkan nilai moral kepada murid. Nah terus kalo gak ngerti sekolahnya, ya les aja lagi. Yang biayain orangtua, biar bisa kebayar, orangtua kerja sana sini buat cukupin uangnya. Dan apa kabar anaknya? Anak akan mencari oranglain yang bisa membuatnya nyaman. Kalau ketemu orang yang bener, ya Alhamdulillah, kalau salah? Astagfirullah.
Hiburan anak-anak sekarang kalau ga ke mall, karaokean. Suka miris aja, dulu betapa bahagianya saya yang masih anak-anak bisa sepedaan sama orangtua, atau cuman sekedar piknik di halaman belakang hasil kebun singkong yang dicabutin rame-rame. Kalo sekarang ga ada duit kesannya ga bahagia. Anak jaman sekarang terkadang sebagai prestise orangtua saja. Bajunya mahal, mainannya udah seperti beneran saja, yang dilihatin hape aja..,maksudnya bukan gak boleh dikasih begituan, cuman ya itu tadi orangtuanya mau beliin yang begituan jadinya suka ga ketemu sama anaknya. Pergi pagi, anak belum bangun. pulang malam, anak sudah tidur, begitu ketemuan kerjaannya belanja lagi.
Kebayang kan, di Sekolah gurunya juga cuman sekedar mengajar, wajarlah, bukan anaknya juga. Di rumah, susah ketemu orangtua sendiri. Ibu rumah tanggapun sekarang gak kalah sibuk dengan bapaknya. Arisan dimana-mana, bilangnya sih sepi, anak-anak kan sekolahnya full day. Nah..kan yang masukin sekolah kesana siapa? Katanya itu sekolah bagus, bayarnya juga mahal. Apa iya sekolah mahal itu pasti bagus? Yang jelas fasilitasnya emang lebih lengkap. Tapi, yang punya anak itu orangtuanya atau gurunya?
"Fiuuuh tante, berat juga nih bahasan" ujarku
"Hhehe..." Si tante tertawa kecil, kemudian melanjutkan bahasannya.
Nah itulah.. maksud saya, sekarang itu kebanyakan punya anak sekedar punya anak. Dikasih uang itu artinya sudah sayang anak. Kalau dulu anak itu punya bersama, ada salah satu kampung ikut benerin, Kalo sekarang dibiarin saja, yang ada malah diajak gak bener. Tuh lihat yang anaknya di ajakin OT *kalo di kota saya istilah itu digunakan untuk acara Organ Tunggal kebanyakan ngundang biduan baju seksi. Ujung-ujungnya diajak minum gak bener. *upps..
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu mempunyai anak bukan sekedar punya anak?
*Tante si penjahit merupakan tetangga rumah di tempat sebelumnya. Seorang ibu rumah tangga yang memiki putri yang sudah menginjak kelas 3 SMA.
#ODOP
#bloggermuslimahindonesia
*With LOVE,
@her.lyaa
0 Komentar
Yuk tinggalkan komentar baik dan cerdas🤗
Terimakasih... 🙏