Setelah kemarin tidak ada satupun pakaian yang kering, hari ini justru jumlah pakaian menjadi dua
kali lipat. Yaah... pakaian tetap
menumpuk, artinya yang perlu dicuci dan dijemur tidak akan berkurang. Jika tidak ingin ada cucian baju, gak usah
ganti baju aja sekalian. #upps.
Berbeda dengan dua hari sebelumnya, Pakaian sudah dilipat di lantai bawah, karena mengingat ada seragam mengaji altair yang
digosok, artinya tidak akan mungkin pakaiannya tidak ikut dibawa ke kamarnya.
Setelah menumpuk pakaian yang sudah dilipat, Altair
mengambil sarung sholatnya yang tergantung di gantungan perlengkapan sholat,
kemudian dibentangkannya di lantai, lalu diletakkannya tumpukan pakaian yang
sudah terlipat rapi secara perlahan.
Disusun dengan hati-hati, terakhir diikat ujung sarungnya. Aku hanya memandang Altair tanpa perlu
bertanya. Aku mempercayakan apapun
caranya untuk memudahkan dan sesuai menurutnya.
Buntelan sarungnya terlihat agak berat. Lagi-lagi aku tidak ingin berkomentar
apapun. Altairpun masih diam dan
sepertinya mulai mncoba mengangkat sarungnya.
“Berat...” sahutnya pendek
Aku tetap menahan diri untuk tidak berkomentar. Kemudian Altair memegang kuat ujung kainnya
dan mencoba menyeret buntelan sarungnya.
“Bisa” suaranya terdengar pelan. Lalu sesaat menoleh menatapku, “Umi...sarungnya nanti cuci aja ya?” tanyanya kepadaku.
“Kenapa memangnya?” tanyaku ingin mendengar alasannya.
“Takutnya kotor, abang seret aja, kayak ngepel. “
“Oh iya...” sahutku pendek dan tetap mengamati caranya
membawa buntelan sarungnya.
Kemudian Altair mulai mendekati anak tangga pertama. Altair mengangkat buntelannya, kemudian
langsung meletakkannya di anak tangga berikutnya, barulah kakinya melangkah ke
atas. Bukan mengangkat buntelan sarung secara terus menerus. Baiklah, pikirku dalam hati. Biarkan semuanya berproses. Altair akan memutuskan mana pilihan yang
menurutnya terbaik untuk dia lakukan.
Altair menaiki tangga menuju kamarnya
sambil membawa buntelan pakaian yang sudah terlipat (foto : dokpri)
Hanya beberapa saat saja aku menunggu Altair turun. Dan...
“Umii..., abang bisa!” sedikit berseru Altair berbicara
kepadaku. Altair menuruni tangga
kemudian berlari memelukku.
Aku balas memeluknya.
Adeknya, akemipun ikut memelukku. Aah..rasanya seperti salah satu serial
anak-anak saat aku kecil dulu. Berpelukan...!
“Yeaayy...! Eh.. Gimana? Bisa apa sih?” ujarku pura-pura
tidak paham.
“Abang bisa bawa bajunya sekalian. Nanti minta sarung babah yang udah jelek aja
ya umi?” Tanya abang kepadaku
“Waah...Alhamdulillah!, umi bangga jadi uminya abang. Tuh.., abang ketemu cara abang sendiri.” Sahutku
sambil mengelus kepalanya.
Hanya belum terbiasa. Selanjutnya akan berjalan seperti biasa.
#Day2.6
#Harike10
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional
*With LOVE,
@her.lyaa
0 Komentar
Yuk tinggalkan komentar baik dan cerdas🤗
Terimakasih... 🙏