Dini hari Jam hampir menunjukkan pukul 03.00 WIB, Adek Akemi muntah-muntah. Tidak tahu penyebabnya apa? Tidak demam,
tidak batuk dan tidak pilek. Muntah
menyembur, berupa lendir dan air, membuat adek sedikit lemas, Ditambah pup yang
berbentuk pasta, kemudian cair di waktu subuh membuatku harus tetap terjaga,
padahal aku sendiri baru saja merebahkan badan pada pukul 02.00 WIB.
Hampir memasuki pukul 06.00 WIB, akhirnya adek
tertidur. Dan akupun ikut tertidur.
“Umi...” terdengar suara sayup-sayup membangunkanku.
“Ya sayang?” aku sedikit memicingkan mata, ternyata Altair
membangunkanku
“Umi, sudah subuh?” sahutnya bertanya.
“Sudah sayang..., ini umi baru tidur. Ga pa2 ya umi tidur sebentar. Tolong bangunin umi jam 7 ya? Adek mau makan
bubur” ujarku kemudian membalikkan badan untuk tidur kembali.
“bubur? Iya umi.”sayup2 suara Altair terdengar.
Ah..Sudahlah, mumpung adek bisa tertidur. Rasanya lemas sekali. Aku ingin tidur sebentar lagi.
...
“Sayang, adek mencret ya...” Terdengar suara babahnya
anak-anak seperti berbicara padaku.
Rasanya seperti mimpi, dan aku lihat ke samping, Adek sudah tidak
ada. Aku lihat jam hampir setengah
delapan pagi. Aku terkejut, aku langsung
duduk dan bangun.
“Babah..., mana adek? Aduh umi lupa buat bubur. Adek muntah tadi malam.” Aku mencoba
menjelaskan. Kebetulan babahnya
anak-anak beberapa hari ini tidur di kamar atas disebelah kamar Altair. Pulang malam membuatnya tidak ingin
mengganggu tidur akemi, anak kedua kami.
“Iya, tadi muntah.
Umi kayaknya kecapekan. Abang
tadi mau bangunin, gak babah suruh.
Bubur sudah babah beli, tapi belum dikasih ke adek. Itu adek di depan ditemenin abang, barusan
mencret. Dari kapan mencret? Apa baru
inilah ? “ tanya suamiku kepadaku
“Iya dari tadi pas mau subuh. Gak lama habis babah keluar rumah mau ke
mesjid. Eh, Abang tadi sholat subuh ?” aku
balik nanya.
“Iya, tadi sholat sebelum turun bangunin umi. Ajak adek ke dokter aja pagi ini ya?” kata
suamiku kepadaku
“Tadi adek sudah umi kasih lacto B. Kalo nanti mau makan muntah. Umi kasih vometa dulu. Dokter *Sri praktek agak
siang juga. “ sahutku. (*Dokter Sp. A yang biasa menangani adek jika sakit)
“Oh ya sudah...”
Setelah mengakhiri obrolan dengan suamiku, aku bergegas
menyiapkan bubur untuk adek, setelah sebelumnya memberikan vometa karena adek
muntah kembali. Sementara suamiku
membantu mencuci pakaian ke ruang cuci.
“Umi..., abang sudah sarapan. Sudah mandi, sudah nyapu depan juga.” Ujar
abang menjelaskan padaku.
“Alhamdulillah,” Sahutku sambil membereskan bekas muntah
adek.
“Ini adek, minum dulu” Abang mengambilkan air putih untuk
adeknya, kemudian melanjutkan omingannya, “Tidak apa-apa...makan bubur dulu ya,
nanti cepet sembuh.” Ujarnya sambil mengusap-usap rambut adeknya.
Sedikit melirik Altair, aku berkata dalam hati bahwa bukan
hanya kemandirian yang dapat terbentuk dari sebuah pembiasaan, namun bersikap
saling memahami dan melayani menjadi bonusnya.
Bukan hanya satu, dua, atau tiga, namun banyak hal lain yang terbentuk dalam proses melatih kemandirian.
Semoga anak-anak semakin dimampukan yang terbaik dalam setiap prosesnya,
Insyaa Allah..., aamiin yaa rabbal alaamiin...
...
Setelah agak siang, kamipun berangkat ke dokter, untuk memeriksakan kondisi adek. adek mendapatkan beberpa obat yang harus diminum. Semoga adek cepat pulih ya nak..., abang dan adek bisa bermain bersama lagi. amiiin...
salah satu obat adek yang didapat tadi siang (dokpri) |
#Day4.2
#Harike17
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#institutibuprofesional
*With LOVE,
@her.lyaa
0 Komentar
Yuk tinggalkan komentar baik dan cerdas🤗
Terimakasih... 🙏