"Mana ya buku adek?" Tanyanya kepadaku setelah mengambil posisi duduk dikursi.
"Buku apa Dek? Tanyaku bingung.
"Buku adek yang sama punya abang," Jelasnya kepadaku.
"Buku apa ya? Coba cari di rak buku. Buku semua itu. Cari pelan-pelan." Ucapku kepadanya karena aku tidak tahu buku apa yang dimaksud.
"Sudah Umi. Nah kan tidak ada. Bener. Adek sudah cari tidak ada. Umi yang simpan ya?" Jelasnya kepadaku.
"Umi gak tahu dimana, gimana kalau kita cari sama-sama?" Tawarku kepadanya.
"Adek tadi sudah cari, sudahlah Umi saja yang cari." Adek tetap tidak mau diajak mencari bukunya bersama, padahal aku juga bingung buku apa yang dimaksud.
Biasanya kalau adek sudah bilang tidak ada memang tidak ada. Apalagi buku semuanya tersusun di rak. Tapi bisa saja kan terselip.
Akhirnya aku tetap mencoba bertanya kepada adek, menawarkan buku yang suka dibacanya dalam beberapa hari ini, Jijikologi.
Nyatanya usahaku belum berhasil. Dengan kerasnya adek menolak dan bicara, "Adek sudah baca kemaren, Umi. Adek bosan. Nantilah adek baca lagi.
Istilah bosan, nantilah atau sejenisnya terkadang membuatku bertanya-tanya, dari siapa ya? Aakkhh.. Comel nih anak gadis :)
Dan akupun menyerah, hingga adek sepertinya benar-benar bosan menunggu buku yang dia mau bs didapat. Legaa... Tapi tidak menyelesaikan.
Tak berapa lama, abang pulang. Adek lagsung menyambut dengan teriakan dan pelukan hangat. "Abang, sudah pulang. Horee.. Horee..!"
Baru saja abang meletakkan tas dan berganti pakaian, adek lagsung bertanya kepada abang mengenai keberadaan buku yang dimaksudnya.
"Abang, buku adek mana?"
Pertanyaan awal yang sama ditanyakan kepada Abangnya.
Percakapanpun terjadi diantara keduanya, dan abangpun mengambil majalah bobo yang tergeletak dikursi, tertutup oleh alat pelipat baju anak-anak.
"Adek mau baca ini ya?" Ujarnya sambil memberikan majalah bobo kepada adek.
"Iya, Abang bener," Sahut adek riang.
"Abang juga baca bobo ah." sahut abang tak mau kalah.
"Yook kita baca buku bang." Ajak adek.
"Ini namanya Bobo, Dek." Abang menjelaskan.
"Oh iya, Adek lupa. Maaf ya Umi. Adek tidak tahu." Ujarnya kepadaku.
"Iya, Umi juga minta maaf ya, ga ngerti maksudnya buku yang adek maksud. Kalau ini namanya majalah," Kataku.
"Majalah? Apa itu?" Tanyanya lagi.
"Majalah itu bentuknya seperti buku, tapi ukurannya lebih besar. Isi tulisannya macam-macam, juga ada gambar-gambar barang seperti di tivi. Yang abang suka bilang iklan. Tapi ini tidak bergerak", Kataku menjelaskan 'sok' lengkap. Padahal belum tentu adek 'ngeh'.
"Oh gitu ya Umi. Oke.. Oke", Dengan gaya comelnya sepertinya sudah mengerti. Semoga.. , karena hanya Adek yang tahu. Hehe..
"Ini adek, ada tulisannya majalah. Berarti ini majalah. " penjelasan abang lebih ringkas.
"Betul", kataku dalam hati.
"Iya, iya abang, adek tahu. Ini bobonya bobok, sembunyi. Adek jadi tidak tahu deh." Ucapnya usil.
Merekapun tertawa bersama, dan melanjutkan baca buku masing-masing. Eh, majalah masing-masing.
Gaya adek baca majalah (dokpri) |
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst
*With LOVE,
@her.lyaa
0 Komentar
Yuk tinggalkan komentar baik dan cerdas🤗
Terimakasih... 🙏