Jangan Habiskan Uangmu di Satu Tempat

Sumber gambar : pinterest

Pengalaman menceritakan banyak hal.  Itulah yang kenyataannya. Selain orangtua sendiri, masa kecil, teman-teman sekitar, suami, hingga anak-anak dapat mengajarkan banyak hal.  Termasuk konsep 2S, 1G dan 1I, yang prosesnya tidak hanya 1 hari atau cukup seminggu, atau ketika tugas usai, maka anak, kita menjadi sangat expert.  Oh no!

Dan saya lebih suka menggunakan kata Give, bisa dibaca postingan sebelumnya, yaitu memakai antara share (berbagi=sedekah) dengan give. 

Give dan spend saja bisa abstrak artinya dalam beberapa kondisi. Misalnya, berbelanja makanan beberapa bungkus, kemudian bertemu dengan seorang anak yang terlihat kelaparan, lalu beberapa bungkus tersebut diberikan kepada anak tersebut, beberapa dinikmati sendiri.  Itu masuk kategori spend atau give, atau justru keduanya?

Jawaban bocah adalah keduanya, "hitung saja berapa harga yang dimakan sendiri sama yang diberikan ke anak itu."  
Sementara jawaban saya, "hanya masuk dalam kategori spend bukan give.  Karena kebetulan saja bertemu anak tersebut, kemudian kita ingat kita memiliki sesuatu yang lebih, kita bisa bagi.  Kalau tidak ketemu? Apakah yakin jumlahnya sesuai hitungan? Yakin tidak lupa?"

See? Bisa berbeda maksud antara 2 kepala.  Sederhananya sih menurut saya," jika niat awal jajan ya masuk spend, jika niat awal give baru kategori give, tapi jika ada sesuatu yang terjadi di tengah perjalanan yang membuat kita jadi give lalu dimaknai dengan share (berbagi), anggap saja bonus jalan kita untuk lebih beramal."  

Bocah pun mengangguk.  Entahlah ikut mengiyakan atau asal umi senang.. Wkwkk..  

Apakah bocah salah? Ya gak lah.. Apakah saya salah? Kalo saya bilang ga salah juga😅 lalu bagaimana dengan save.  Ini yang paling mudah dipahami. Namun bisa rancu juga suatu saat ketika suatu saatnya nanti saya mengajarkan bagian I yaitu investasi😁

'Jangan habiskan di satu tempat!'
Kalimat tersebut berlaku tidak hanya untuk bagian spend.  Namun juga bagian give maupun save dan investasi pada akhirnya.  "Kenapa? Bukankah jika banyak menabung kita bisa kaya?" Itulah pertanyaannya untuk menguatkan pernyataan yang pernah dia pahami.   Bocah pernah membaca rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya di sebuah sekolah yang pernah kami datangi. Saat itu bagian hemat merupakan kata lain dari menabung yang waktu itu saya katakan.

"Benar sih, menabung bisa buat kaya, tapi ga ketahuan juga kayanya kalau tidak pernah dipakai untuk membeli sesuatu.  Rasanya sih salah satu guna uang untuk berbelanja jadi tidak terpakai bang.. hehee.. Lagian uangnya disimpan banyak-banyak ga bisa dipakai, menurut abang gimana? Terus kalau tidak dipakai untuk memberi, rasanya juga ada yang kurang deh.  Bolehlah kaya karena banyak uang, tapi hatinya tidak kaya. Allah akan semakin menambah rejeki kita jika kita tidak lupa memberi kepada yang membutuhkan. Siapa tau suatu saat kita membutuhkan sesuatu, eh ada yang memberikan sesuatu juga. Bisa aja kan?"

"Iya juga mi, Hmm...kalau diberikan semua atau dijajanin semua, bisa-bisa langsung miskin ya mi.  Waktu ada kebutuhan, eh uangnya gak ada."

"Yupp! Jadi jangan pernah menghabiskan di satu tempat.  Nah sekarang bantu umi membuat sesuatu."

"Mau buat apa mi? Kue? Asiikkk"

"Bukaaann…"

Dan kamipun membuat sesuatu yang bisa kami mainkan bersama esok hari tentu saja masih bertema cerdas finansial.  

Abang menggunting, sementara adek menyusun yang sudah digunting. 

Aku hanya bantu foto saja.. Hehee…
Bermain apa? Di postingan selanjutnya yaa.. Karena hari sudah malam, waktunya anak-anak bersiap untuk tidur.

Baca juga Masuk Jar Mana Ya?


*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

0 Komentar