Fisioterapi sering diidentikkan dengan manula. Kalimat tersebut
tidak seluruhnya benar, namun yang pernah mengunjungi rungan ini mungkin akan
sedikit terpengaruh saat melihat persentase usia pasien lansia yang kerap
berada di ruangan tersebut. Betul gak?!
Baca kisah sebelumnya: HNP Mendekatiku #Part1MRI dan mengenal HNP #Part2
Fisioterapi, Apaan tuh?
Fisioterapi merupakan salah satu dari banyak jenis terapi di pelayanan rehabilitasi medik rumah sakit. Tujuan dari fisioterapi untuk memelihara dan memulihkan gerak-fungsi tubuh seseorang akibat cedera atau sakit.
Fyi, saat awal-awal fisioterapi, saya masih mengkonsumsi obat tramadol di
sisa-sisa tebus obat. Seingat saya,
mengkonsumsi tramadol selama 2 bulan membuat awalnya saya malas melakukan
fisioterapi. Alasan terutama adalah
waktu. Dan memang benar bahwa dalam
seminggu saya harus menyempatkan waktu tiga kali termasuk berbagi peran dengan
suami untuk menjaga anak pertama di saat saya mendapatkan tindakan. Untungnya kantor tempat suami bekerja dan
tempat saya mendapatkan terapi jaraknya dekat.
Ditambah pemakluman kantor suami akhirnya, anak dititipkan saat saya
akan memulai tindakan dan dikembalikan kepada saya untuk diajak pulang bersama
saya. Merepotkan ya? Hehehe...
sejujurnya iya. Tapi saya tidak bisa
ambil resiko karena pastinya ruang fisioterapi banyak alat. Sementara saya terbaring. Silakan bayangkan bagaimana kecemasan seorang
ibu dalam kondisi seperti itu :p
"Assalamualaikum, permisi..." Ujarku sedikit gugup saat memasuki
ruangan fisioterapi pertama kali setelah akhirnya bisa masuk menunggu giliran
di ruang tunggu.
"Silakan Bu..., Bisa saya lihat berkasnya?" Ujar terapis disana.
Hening. Ruangan fisioterapi cukup tenang. Sambil menunggu berkas
saya dilihat, saya mengamati sekitar. Terlihat nenek dalam kondisi
tengkurep di bagian pinggangnya tertempel sesuatu yang terhubung
kabel-kabel. Tirai sedikit terbuka, akhh...maafkan. Tidak bermaksud
mengintip. Hanya tidak sengaja terlihat. Di balik tirai lainnya
tidak terlihat siapa yang sedang di terapi. Eh, mesipun tirainya
tersingkap, rasanya saya juga tidak akan tahu itu siapa, hehee...
"Silakan bu berbaring di sini" Perawat terapis di sana
mempersilakan saya mengisi satu ruangan kosong.
Di ruangan fisioterapi yang saya kunjungi ada tiga tempat tidur yang
tersedia, diberi pembatas tirai di setiap bagiannya sebagai privasi
masing-masing pasien saat menerima tindakan.
"Silakan tengkurep Ibu, karena ibu pertama kali hadir. Saya
jelaskan dulu ya. Dengan kondisi HNP lumbal, Ibu akan mendapat tiga buah
tindakan setiap sesinya. Menggunakan dua alat dan latihan
gerak. Untuk latihan gerak, akan saya ajarkan dan diharapkan saat di
rumah, ibu juga berlatih sesuai dengan kemampuan. Baik kita mulai ya..."
Ketika baru saja memulai, saya dengar di sebelah saya terdengar suara "tit...tit...tit...." Perawat
yang menangani saya ijin meninggalkan saya setelah memasang alat di bagian
pinggang saya.
"Siapo Ji? Baru ya?
Ini la selesai?" Terdengar suara nenek itu.
Rupanya bunyi itu merupakan alarm waktu penggunaan alat
selesai.
"Iya Bu...,Jangan lupa jari-jarinya dilatih di rumah ya Bu, yang
semangat Ibu tuh.. biar bisa main sama cucu"
"Hahaa... Iyo... Inilah
berat nian, sakit rasonyo. Yo sudah, Ibu pulang dulu. Makasih ya Ji..., Kapan lagi Ibu? Rebo ya?"
"Iyo Bu. Nah lihat-lihat kartunya nanti. Pulang sama siapa
Bu? Bapak jemput gak? Kalo belum tunggu dulu aja disini"
"Dak biarlah... Bapak
diluar."
Bunyi pintu "kriikk..."
Tidak lama suara langkah kaki masuk, dan nenek itu sepertinya dibantu untuk
keluar.
Tidak lama kemudian, perawat itu mendekati saya kembali.
"Gimana? Terasa gak? Ini sudah cukup ya? " Tanyanya kepadaku
"Seperti dikerubung semut. Kesetrum rasanya." Jawabku
" Ohw berarti sudah cukup ya..., Atau mau saya coba tambahkan
sedikit?" Sambil memegang alat, Ia menunggu respon saya.
"Yang ini lebih terasa mbak." Kataku
"Oh yang ini saja kalau begitu. Beritahu kalo terasa sangat
sakit."
" Iya mbak, terimakasih..."
Yah, begitulah...perawat terapis cukup sibuk bolak balik menangani
pasien. Dan seperti itulah awal perkenalan pertama saya kepada terapis
tersebut. Tidak berapa lama alat yang menempel di tubuh saya
dilepaskan. Berganti alat lainnya yang memberikan sensasi hangat di
pinggang. Waktunya juga dibatasi dengan alarm. Sementara yang
ketiga, saya diajak berlatih gerak. Saat inilah saya diberikan tips dan
bisa lebih berkenalan dengan si terapis.
Tindakan fisioterapi HNP lumbal
Dalam kondisi seperti yang saya kisahkan di postingan sebelumnya, saya
mendapatkan tiga buah tindakan terapi yaitu :
1. TENS
Yang saya rasakan saat mendapatkan tindakan ini, tubuh seperti dikerubungi
semut. Sedikit tersetrum ringan, namun tindakan ini memberi rasa nyaman
yang lebih signifikan di tubuh saya setelahnya.
TENS singkatan dari Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation. Guna dari alat
ini memberikan ransangan pada syaraf lewat arus listrik yang dialirkan pada
kulit. Arus listrik yang digunakan
adalah arus rendah, jadi tidak membahayakan.
TENS - google |
TENS diberikan pada pasien yang merasakan nyeri namun tidak kunjung sembuh,
atau sembuh jika hanya minum obat saja.
Biasanya TENS diberikan pada pasien dengan nyeri lutut, sendi, pinggang,
dan lain-lain. Mungkin itulah mengapa
setelah mendapatkan tindakan ini, rasa
nyeri yang saya rasakan cukup signifikan terasa membuat lebih merasa
nyaman.
2. Infra Red (IR)/Infraphill
Infra Red atau disebut juga Infra Merah adalah radiasi elektromagnetik dari
panjang gelombang lebih panjang dari cahaya tanpak, tetapi lebih pendek dari
radiasi gelombang radio. Radiasi Infra
Merah memiliki jangkauan dan panjang gelombang antara 700 nm dan 1 mm.
Infra Red - sumber google |
Sensasi yang saya rasakan ketika mendapatkan tindakan tersebut adalah rasa
hangat di bagian pinggang. Infra Red
tersebut di arahkan ke pinggang saya saat saya tengkurap atau menghadap samping
jika tengkurap terlalu lama membuat kondisi saya saat itu terasa lebih
sakit. Namun perasaan saay tidak terlalu
signifikan ngefek. Bisa jadi penggunaan
Infra Red memang tidak instan dirasakan saat di awal-awal pemakaian?
Namun jika searching-seaching manfaat Infra Red bagi kesehatan, diantaranya
adalah mengaktifkan molekul air dalam tubuh, sehingga dapat meningkatkan cairan
tubuh. Selain itu panasnya akan
menyebabkan pembuluh kapiler membesar sehingga dapat memperbaiki sirkulasi
darah. Selain itu meningkatkan
metabolisme tubuh dan racunpun dapat dibuang dari tubuh. Termasuk mengembangkan PH dalam tubuh. Bukan tidak mungkin infra red dapat
membersihkan darah, hingga mencegah rematik karena asam urat yang tinggi.
3.
Latihan Fisik
Perlunya latihan fisik bagi penderita atau yang memiliki riwayat HNP
seperti saya untuk melatih kelenturan dan fleksibilitas otot dan tulang. Meskipun baru merasakan nyeri tubuh bagian
belakang, gerakan tersebut juga tetap bermanfaat. Hanya saja, jika kondisi tubuh seperti yang
saya rasakan saat itu, tetap membutuhkan pendampingan, dan hanya bisa melakukan
satu hingga dua gerakan sederhana saja di rumah sebagai minimalisir kecelakaan
salah gerak.
Jika ditanya apa yang saya rasakan saat itu? Daebak! Nyerinya luar biasa saat saya sudah berhenti minum obat
pereda nyeri (tramadol). Tidak ingin
menangis, namun air mata secara alami keluar sendiri. Mengangkat pinggang ke atas sedikit saja,
rasanya sangatlah berat. Di awal-awal
tindakan tersebut, gerak saya dibantu diangkat oleh terapis. Meletakkan perlahan dan tidak melakukan
gerakan dengan kejutan atau secara tiba-tiba.
Pada saat itu disarankan menggunakan bola karet yang biasa dimainkan anak-anak
berukuran kurang lebih sekepal tangan yang diletakkan dibagian pinggang dan
membiarkannya selama beberapa detik kapan saja bisa saya lakukan saat santai.
Gerakan latihan HNP - sumber emedravel |
Hingga Akhirnya...
Alhamdulillah tindakan fisioterapi
dapat membantu saya melewati rasa nyeri.
Lambat laun kaki sebelah kanan saya sudah mulai bisa diangkat. Semakin lama semakin ringan untuk
beraktifitas. Artinya tindakan operasi bisa dihindari. Kedekatan saya bertemu
dengan pasien manula disana yang memiliki jadwal yang sama dengan saya, membuat
hati saya semakin lembut memahami bagaimana perasaan para orangtua kepada
anak-anaknya. Apalagi saat itu saya
sudah tidak memiliki orang tua lagi, rasanya bahagia bisa mendapatkan orangtua
baru yang rutin memberikan nasehat hingga bercerita lucu pengalamannya mengasuh
anak dengan segala tantangannya. Berkesan! Ketika seorang ibu yang saat itu
sudah berusia 67 tahun mengalami stroke
dan membuat tubuhnya kaku sebelah.
Semangatnya untuk sembuh karena didasarkan perasaannya tidak ingin
merepotkan anak-anaknya yang sudah memiliki keluarga masing-masing.
Beliau selalu bicara kepada saya, “Orangtua bukannya tidak ingin tinggal
bersama anaknya agar anaknya dapat mandiri jika sewaktu-waktu orangtua
meninggalkan mereka. Orangtua mau
tinggal dengan anaknya bukan juga berarti tidak membiarkan anaknya mandiri,
namun ingin menunjukkan bahwa mereka masih bisa bermanfaat dan dapat tetap
menunjukkan kasih sayang kepada anak dan cucu.
Setiap orangtua memiliki pemikirannya masing-masing, namun juga tetap
berharap bahwa apa yang dilakukan orangtua bukan karena mereka mengharap balas
budi dari anak. Semua orangtua sayang
kepada anaknya, namun maafkan kami kalau saja caranya bisa salah. Kamipun tidak ingin sakit seperti ini. Jika boleh memilih, lebih baik saya meninggal
cepat tanpa merepotkan anak-anak. Hari
pertama mungkin mereka masih bisa, namun jika terus-terusan bisa saja kami
membuat mereka berbuat hal yang tidak baik karena lelah mengurus dan
menggerutu, kami juga tidak bisa apa-apa.
Itulah yang selalu meyakinkan saya untuk sembuh”
Kalimatnya tersebut memang tidak setiap hari diucapkan, bisa jadi juga tidak
terlalu mirip, namun itulah yang saya tangkap.
Saya sering tercenung dalam pemikiran saya setiap hari. Sebegitu jauhkah pikiran orangtua? Bagaimana
dengan kita sebagai anak-anaknya? HNP
memberikan saya banyak pelajaran berharga.
Mensyukuri banyak kejadian dalam hidup.
Hingga saya belum menyelesaikan jadwal terapi saya. Saya mendapatkan kabar Ibu itu meninggal
dunia, Innalillahi wa innalillahi rojiun.
Doanya untuk tidak terlalu lama membuat anak-anaknya terganggu dalam proses
pemulihannya, mungkin di dengar oleh Maha Penyayang. Akhh,
seketika itu, bahkan hingga hari ini kabar kematian selalu membuat saya menangis,
terutama jika sudah berkaitan dengan orangtua.
*feel sad
------
Catatan tambahan:
- Penggunaan Obat Tramadol perlu pengawasan dari dokter, tidak dapat digunakan secara sembarangan. Selama dua bulan mengkonsumsi obat tersebut secara rutin, bisa jadi membuat saya sedikit kecanduan. Mungkin benar bahwa obat tersebut mengandung psikotropik. Sensasi yang saya rasakan saat mengkonsumsi, bukan hanya rasa nyeri saya jauh berkurang, namun saya menjadi lebih lelap tidur dan semangat beraktifitas. Sementara ketika saya tersadar bahwa saya butuh proses penyembuhan secara nyata tanpa perlu mengkonsumsi obat, diawal-awal penghentian, selain badan terasa kembali nyeri, kondisi saya selalu berkeringat, dan tubuh menjadi sangat lelah. Padahal penggunaan saya tidak terlalu lama. Tidak dapat dibayangkan jika ketergantungan pada obat ini dalam jangka waktu lama. Hmm... Sembuh artinya tidak mengkonsumsi obat. Jika Anda masih mengkonsumsi obat, artinya memang ada yang sakit pada tubuh Anda?
- Aware bukan berarti menjadi takut. Bisa menahan sakit semoga tidak jadi kebablasan hingga dapat membuatmu menyesal seumur hidup.
- Olahraga renang merupakan olahraga terbaik untuk penderita dan orang yang memiliki riwayat HNP. Yoga dapat juga dilakukan selama gerakan tersebut diawasi oleh yang ahli, karena tidak semua gerakan yoga dapat diaplikasikan bagi penderita HNP
- Banyak hal yang bisa dilakukan fisioterapis, diantaranya adalah gangguan otot dan sendi (musculoskletal), seperti jaringan halus (sakit punggung, leher, pundak, cedera), gangguan saraf (neurologi), gangguan THT, gangguan pernapasan dan paru (Penyakit Paru Obstruktif Kronik – PPOK), gangguan tulang (orthopaedic), gangguan kandungan, gangguan jantung dan sirkulasi, pediatric dan geriatric, pasca bedah/operasi, sport injury, program kebugaran fisik, dan lainnya. Jadi Fisioterapis bukan hanya untuk para lansia. Namun untuk yang memang membutuhkan pemulihan dan perbaikan fisik-gerak
- Sebagai orang yang memiliki riwayat HNP, ternyata membuat sebagian besar dokter kandungan tidak berani mengambil resiko saya untuk melahirkan normal saat kehamilan anak kedua, dikarenakan jika salah mengedan bisa saja menimbulkan kelumpuhan akibat melahirkan. Hanya satu orang dokter kandungan yang memberikan saya kesempatan dengan s&k berlaku. Saya nekad, jangan ditiru -. Alhamdulillah saya berhasil melalui dengan mudah dan normal, dan baik-baik saja. Allah SWT Maha Pemberi Kemudahan. Jika punya riwayat HNP dan akan melahirkan, saran saya konsultasikan dan ceritakan dengan jujur kepada dokter kandungan yang menangani Anda.
Semoga kita semua dihindarkan dari semua musibah dan selalu diberikan kesehatan, InsyaaAllah.
Wassalamualaikum, Semoga bermanfaat
Wassalamualaikum, Semoga bermanfaat
*With LOVE,
@her.lyaa
6 Komentar
Luar biasa ummy. Semoga rasa sakitmu bisa menjadi ladah amal ya umm..gak ketauan ummy punya sakit HNP soalnya selalu semangaaat gt..so proud of u umm
BalasHapusTENS itu mungkin kaya akupuntur ya Mbak? Rasa kesetrum gitu. Aku baca cerita Mbak rasanya panjang sekali perjuangan untuk kembali sehat. Tapi manusia memang harus berusaha, hasilnya adalah keputusan Tuhan. Dan pasti yang terbaik.
BalasHapusSaya juga sering melakukan side plank
BalasHapusBtw saya takzim dengan cerita perjuangan ini. Tuhan tidak akan memberikan ujian di luar kuasa hambaNya.
Luar biasa emang kisah Umi,di tengah terapi aja masih bisa dapet hikmah dari obrolan yang sama-sama terapi.
BalasHapusSehat selalu ya kita semua. Aamiin.
Tulisan bermanfaat dan informatif. Pengalamannya mantap mba Lya. Banyak ikhtiar yang harus dilakukan supaya sehat ya mba. Sabar dan tekun dan diiringi doa adalah salah satunya.
BalasHapusAamiin. Semoga sehat-sehat Mbak Lya untuk seterusnya :)
BalasHapusYuk tinggalkan komentar baik dan cerdas🤗
Terimakasih... 🙏