Tamu Istimewa



"Haikei kono tegami yondeiru anata wa, Doko de nani wo shiteiru no darou, Juugo no boku ni wa dare ni mo hanasenai, Nayami no tane ga aru no desu, Mirai no jibun ni atete kaku tegami nara, Kitto sunao ni uchiake rareru darou..." sayup-sayup aku dengar lagu dari handphoneku.  Kamu meneleponku.  Mataku setengah mengantuk  menunggu kepulanganmu sambil menyusui adek yang sudah mulai terlelap, membuatku bangun dan menuju keluar kamar.  Aku lihat jam sudah menunjukkan pukul 8 lewat. Yaah..., kamu pergi karena ada urusan mendadak  yang harus segera diselesaikan setelah hari ini bergantian denganku keluar rumah.  Mungkin aku sedang lelah, atau karena udara cukup adem karena dari pagi cuaca mendung disertai guyuran hujan, atau karena anak-anak lebih cepat tidur membuat suasana rumah menjadi lebih hening, aahh...banyak atau ini...
"Assalamualaikum sayang, kenapa?masih belum bisa pulang?" ujarku membalas telepon darimu.
"Sebenarnya sudah mau pulang, tapi...," ucapanmu terhenti.
"Tapi?"tanyaku
"Eh, sayang..., udah tidur ya? maaf jadi ngebangunin," ucapmu lagi
"Iya ini ga tau kenapa agak ngantuk.  Eh, makasih ya sayang nelepon, ngantuknya jadi hilang.  Soalnya emang rencananya habis adek tidur, mau nulis sekalian nungguin babah pulang.Kalo ga, kebablasan, lupa deh...hahaha.." ujarku sambil tertawa
"Iya, babah sebenarnya sudah mau selesai, tapi..." ucapanmu terhenti lagi.
"Tapi? emang kenapa?jangan bikin penasaran deh." tanyaku penuh tanda tanya.
"Sayang, inget temen babah ga? si Ede. Yang babah ceritain dulu sering sama dia" kamu mencoba menjelaskan.
"Iyaa...whateverlah, umi masih loading, belum inget.  maaf ya? Emang kenapa?" Aku bertanya untuk memastikan.
"Nah, temen babah itu sekarang lagi ke sini, ini ngabarin baru nyampe, bentar lagi mau ketemuan sama babah.  Jadi babah pulangnya agak lambat ya, mau ngajakin dia jalan bentar," ujarmu
"Siaapp..., kabar-kabarin lagi aja ya sayang." sahutku
"Eh, bentar dulu..." Katamu cepat.
"Apa lagi? belum selesai nih? atau jangan-jangan dia mau diajak tidur di rumah?" tanyaku tanpa basa-basi.
"Iyaaa..., boleh gak sayang? boleh ya? Babah sih tadi yang nawarin..." antara bertanya dan memohon kamu melanjutkan ucapanmu.
"Haahaha... kalo umi bilang gak boleh, terus gimana?" Sahutku bercanda.  "Ga ding, Bolehlaahh..., nanti kamarnya umi beresin,"Ujarku langsung.
"Sip...sipp...., makasih sayang" nada suaramu terlihat senang.
"wokeeh..." Aku mengakhiri pembicaraan untuk bersiap-siap merapikan kamar atas.  Sambil membereskan kamar, aku sambil mengingat sosok teman lama yang kamu maksud.  Yaah..., seketika aku ingat.  Temanmu yang seringkali bersamamu saat itu.  Teman saling berbagi dikala itu.  Dia memang teman istimewamu, dan akan singgah kerumah kita.   Sambil menunggu kamu pulang bersama tamu istimewa kita, pembicaraan kita dihandphone menjadi tulisan aku malam ini.  Bukan pembicaraan rutin di pagi hari yang singkat.  Bukan juga obrolan politik ringan namun sensitif yang tercetus dengan kamu sebelum kita bergantian meninggalkan rumah.
Karena sejatinya, saat ini (menurutku), Komunikasi tidak melulu selalu berbicara face to face, meskipun dengan cara seperti itu (rasanya) jauh lebih baik, (bahkan) jauh lebih mudah dimengerti.  Namun komunikasi yang sama-sama kita anggap penting, tidak akan mengurangi komunikasi produktif kita (Semoga) -@her.lya.inda-



Baca juga Teknologi sang penyelamat #day5
kiriman nasi bungkus pelepas rindu #day7

#day6



*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

0 Komentar