Teknologi Sang Penyelamat




Awal pernikahan, kami sempat terpisah beda kota.  Istilahnya kerennya Long Distance Relationship (LDR), istilah naasnya derita elu, hahahaa... #upss.  Tapi beneran deh, kalo teman-teman pernah nonton drama korea yang judulnya My Husband Oh Jak Doo, terlepas dari ceritanya tentang apaan, atau ada bagian-bagian kawin kontrak (ga mau bahas ini), dan apalah yang lainnya,  ada bagian dari cerita, pasangan ini terpisah dengan jarak yang jauh banget.  Laki-lakinya tinggal di sebuah desa di pegunungan, sementara si perempuan tinggal di sebuah kota dengan jadwal kerjanya yang padat.  Naah...bisa dibayangkan bagaimana menentukan waktu yang tepat untuk berkomunikasi, belum lagi  ditambah kesulitan menentukan posisi mendapatkan signal handphone yang oke pake banget dengan perjuangan keluar rumah dulu di daerah pegunungan.  Daebak!

Jelas jika kondisinya begitu.  kalo kondisinya masih tinggal satu kota, satu rumah juga, jarak rumah dengan aktifitas pun masih bisa dilampaui dengan mudah.  Mau pakai kendaraan sendiri, kendaraan umum bahkan jalan kaki (asal tahan, hehehe...) sangatlah bisa, tapi buat komunikasi ternyata iritnya luar biasa.  Kebayang ga?

Hal inilah yang terjadi antara aku dan kamu hari ini.  Pagi ini hanya satu kalimat yang aku denger dari kamu. Padahal kalo setiap hari kerja bisa ngbrol sebentar saja di awal pagi, itu rasanya luar biasa. 

"Sayang, babah pulang malam ya, lupa kalo hari ini tutup buku.  Assalamualaikum," Kamu pamit setelah mencium dan memeluk aku.

"Oke, kabar-kabarin aja ya, Waalaikumsalam," jawabku melepas kepergianmu.

...

Pagi berganti siang.  Jam makan siangpun sudah lewat.  Tidak ada satupun telepon dari kamu.  Ternyata chat whatsapp pun kosong dari kamu.  Mendekati jam 2, aku coba menghubungi kamu lewat wa.  Syukur-syukur lagi online, atau ketika sempat nanti dibalas.  Hanya ingin menanyakan kabar.  Balasanmu tidak berubah, pulang malam.  Hanya emotmu yang sepertinya lebih banyak kamu kirim ke aku.  

chat singkat kita  (dokpri)

Teknologi telah menyelamatkan komunikasi kita hari ini.  Jika tidak ada teknologi, mungkin menjelang malam aku terpaksa harus keluar rumah menjemputmu pulang.  (hahhaa...lebay).  Yang jelas, aku tidak perlu menghabiskan waktu dan biaya untuk menemuimu langsung jika butuh kamu mendadak.

...

Sore berganti malam.  Akhirnya kamu pulang.  Kebiasaanmu jika pulang lewat jam tidur malam anak-anak, biasanya menyempatkan untuk video call.  Berhubung setelah siang tadi, tidak ada lagi chat wa yang masuk, pun telepon dari kamu, membuat aku yakin, semalam-malamnya kamu pulang semestinya sebelum anak-anak tidur.

Benar saja, kamu tiba di Rumah ketika anak-anak sudah bersiap mau tidur, setelah menyeruput air jahe merah hangat, kamupun beranjak mandi.  Setelah bersih, kita mengantar anak-anak ke kamar.  Pertama ke kamar abang, setelah sedikit bercerita dan berdoa bersama lalu mencium dan memeluk, kamupun menemani aku di kamar bersama adek.  Tidak berapa lama adek tertidur ternyata kamupun ikut tertidur masih dengan tanganmu mengenggam aku.  Rupanya kamu lelah, hingga hari ini kita belum bicara banyak.

Baca juga siapa yang boleh marah #day4
tamu istimewa #day6

Aku terbangun untuk menuliskan cerita komunikasi singkat kita hari ini.  Eh tapi, apakah kita sudah melakukan komunikasi hari ini?hmm...
Tidak penting banyaknya kata yang kamu keluarkan untuk aku. Yang terpenting dari komunikasi adalah kamu mengerti maksud aku, aku mengerti maksud kamu. -@her.lya.inda-


#day5



*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

0 Komentar