Itu Apa Sih?

Semua kegiatan yang saya lakukan bersama anak ketjil satu ini kebanyakan adalah momen spontan yang sering tanpa sadar justru membuatnya lebih mudah belajar tentang sesuatu hal.

Dari semua hal yang kami lakukan dan membersamai mungkin sesuatu yang terlihat remah-remah, namun nyatanya membuat saya justru mengamati sinarnya seperti saat awal-awal tumbuh kembangnya sejak bayi hingga hari ini.

"Umi sedang ngapain?" Pertanyaan rutin yang selalu ditanyakan ketika saya melakukan sesuatu di saat dia tersadar setelah asik bermain sendirian.

"Ini lagi beresin kulkas.  Kenapa dek? Mau bantu umi?" Tawarku kepadanya.

"Boleeh..., Adek ambilin lap ya.  Sini... Adek yang taruh," Dengan sigap adek membantu dengan tangan mungilnya.

"Asiikk Umi dibantuin.  Makasih ya Dek"

"Sama-sama Umi. Eh, Umi lihat.  Ada semut kecil sedang cari ayah ibunya.   Mainnya jauh, nanti ibunya nangis.  Ya kan Umi?" Ocehannya membuat saya tersenyum.

Sekilas saya melirik, kemudian melihat ia sedang menunjuk seekor semut yang berjalan sendirian di atas meja dapur.  Sayapun segera mengambil momen tersebut melalui kamera handphone.

Jari mungil ya menunjuk seekor semut (dokpri) 

" Nah, Adek kalau main, kasihtahu Umi ya... Jadi umi bisa tahu adek ada dimana.  Umi ga nangis deh", Ujarku kepadanya.

"Iya Umi.  Adek sudah tahu.  Adek ingat.  Umi... Semutnya ada tanduk.  Ada yang warna hitam.  Itu pantatnya ya? Kalau semut itu ada vegi sama penis ga?" Jawaban sekaligus pertanyaannya komplit. 

"Tanduk? Yang mana Dek?" Akupun memastikan dengan melihat langsung.

"Itu Umi.  Itu juga," Tunjuknya saat ada beberapa semut yang berjalan berdekatan.

Menunjuk beberapa semut (dokpri) 

"Ohw... Itu namanya sungut."

"Iya umi.  Itu semut, maksudnya itu.  Tanduk semut " Jawabnya merasa tahu yang ditunjuknya adalah semut.

"Maksud Umi, yang adek bilang tanduk itu, namanya su..ngut,"  Dengan mengeja perlahan, saya berharap dia memahami maksudnya.

"Oh, sumut?"

"Bukan sumut, tapi suuunguuut" Saya mengulangnya kembali.

"Sungg..ut" Adek mengulang dengan menekan pengejaan ung dengan tegas.

"Iya.., itu bisa jadi hidung dan telinga.  Kalau semutnya sedang jalan-jalan, terus kecium bah gula, datang deh semutnya." Aku mencoba menjelaskan fungsi sungut.

"Bau gula? Coba Adek cium gula, baunya gimana sih?" Pertanyaannya menanggapi pernyataan saya.

Akupun mengambil toples gula dan mendekatkan ke hidungnya. "Sudah?  Baunya gimana?" Tanyaku kembali.

"Sudah.  Bau gula ya.  Adek tidak tahu.  Rasanya manis.  Adek mau sedikit Umi". Dan mencium gula berubah menjadi makan gula.

"Ya itu bau gula.  Makanan ada bau gula ga?" Tanyaku kepadanya.

"Adek tidak tahu.  Adek cium dulu ada tidak bau gula." Sambil menunjuk panci berisi soto ayam.

" Ada dong, tapi sudah campur.  Ada bau garam juga, bau kunyit.  Semuanya ada.  Nah hebatnya semut bisa tahu itu ada bau gulanya."

"Iya Umi, ad semut angkat nasi. Alhamdulillah dia bisa makan.  Banyak yang tidak bisa makan.  Ya kan umi...  Umi..., nasi juga bau gula ya? Umi masak nasi pakai gula?" Tanyanya lagi.

Auw.. Auww..., anak kecil ini sungguh banyak pertanyaannya.

"Tidak, Umi masak pakai air saja.  Adek lupa ya? Kan adek yang bantu umi tadi.  Tapi nasi rasanya manis, seperti gula.  Jadi baunya mungkin ada bau gula ya?" Saya mulai mencoba menjelaskan semudah mungkin, hehee..

"Adek cicip satu nasinya." Dan proses cicip nasi akhirnya berlangsung serius.  Padahal tiap hari juga adek makan nasi.  Hihiii..

"Gimana?"

"Iya manis.  Nanti adek kasih tahu Babah.  Babah mungkin tidak tahu.  Ya umi.  Babah pulang nanti ya... "

"Okaayy" Jawabku sambil tersenyum geli dan melanjutkan beres-beres.

"Adek capek, tapi adek tidak capek main lego.  Sudah dulu ya Umi.  Umi bisa kan sendiri?  Dah semut.  Pulang ke rumah ya bersama ayah dan ibu." Ujarnya sambil melambaikan tangan ke arah semut, kemudian pergi meninggalkan saya di dapur.

Hmm... Geli jika mendengar comel bicara anak gadis ketjil.  Rasanya waktu cepat berlalu. 

⃗Catatan hari ini:
Sisi kritis Akemi semakin berkembang, bahkan ingatan atas omongan saya dapat diulang sangat membuktikan anak si peniru ulung.  Rasa ingin tahu dan Kemandiriannya juga semakin baik, selain perkembangan bahasa termasuk gayanya yang menggemaskan sering membuat saya tersenyum.  Fitrah spiritualnya juga baik dengan ingat rasa syukur akan makanan yang tidak boleh disia-siakan. 

Meskipun obrolan kami mengenai semut hanya beberapa menit, namun saya yakin dia belajar banyak hal yang bisa saja tidak terpikirkan juga oleh saya.

Jika kamu berpikir anak sepertinya tidak belajar, kamu salah! Belajar tidak melulu melihat buku, berbincang dan mengamati tentang sesuatu, bisa jadi mereka mendapat banyak ilmu yang mungkin tidak terbayangkan oleh kita - @her.lya.inda

#Tantangan10Hari
#Day2
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga


*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

0 Komentar