Resep Donat, Enaknya Hasil Bukan Donat

Hari ini cuacanya lumayan cerah, sepanas hati salah satu anak ponakan yang lagi nginep di rumah.  Lhoo? Emang kenapa?

Jadi, kebetulan si bayi yang umurnya baru satu bulan, diungsikan ke rumah saya karena adek saya, yaitu papanya si bayi ini sedang keluar kota.  Karena umurnya belum 40 hari, katanya sih sebaiknya ditemani.  Berhubung saya punya duo bocah yang sudah lumayan sibuk beraktifitas, jadilah bukan saya yang menemani ke rumahnya, tapi mereka yang nginep di rumah saya. 

Cuaca panas yang pas banget buat ngeringin cucian secara alami ternyata lumayan bikin gerah. Ditambah dan mungkin saja si bayi masih masa pemulihan setelah seminggu yang lalu berobat karena batuk-batuk.  Badan belum fit, cuaca panas, eh badan juga agak sumeng plus mamanya (adik ipar) agak berasa pusing, bisa jadi karena kelelahan juga.  Jadilah saya ikut membantu menemani, menggendong, mengASIhi sambil gerak cepat beres-beres.

Ketika ditengah deadline kejar setoran #ehh kejer waktu, si bocah ketjil (anak kedua) bilang lapar mendadak.  Hmm... Bicara lapar bukan karena belum makan, tapi itu kode mau cemilan berat.

"Umi..., adek lapar." Ujarnya kepadaku

"Ohw..., mau makan lagi?" Tanyaku pura-pura tidak mengerti maksudnya.

"Iya, adek mau makan.  Tapi, makan donat" Jawabnya dengan jelas

Waduh..., ini belum jemput Abangnya, belum selesai beresin dapur, belum lagi.. Akhh....!

"Hm.. Boleh, tapi ga sekarang ya adek? Nanti sore aja gimana? Kita jemput abang dulu?" Saya mencoba bernegoisasi.

"Oke Umi.  Habis jemput abang, kita buat donat ya.  Adek setuju... "

"Eh, maksud Umi sorenya," Ujarku lagi.

"Iya, habis jemput abang aja.." Jawab adek kembali.

Lhoo..? Saya langsung menyesal ditambahkan bagian jemput abang dulu.  "Aduuhhh... Salah ini," Sahutku dalam hati.

...

Baru saja sampai rumah,  Adek menagih janjinya.  Ingatannya memang kuat untuk sebuah janji.  Ditambah kami di rumah selalu berusaha menepati janji, jadi jika adek bertanya mengenai janji membuat donat, sebenarnya saya juga bingung.  Apakah pemahaman kami berdua yang tidak sejalan, atau Adek yang cerdas dapat mengalihkan agar waktu membuat donat menjadi lebih cepat.

"Ayoo Umi.  Kita buat yookk!" Ujarnya untuk mengingatkan.

"Umi mau buat donat ya?" Abang bertanya penasaran.

"Iya, tapi sorean aja ya.  Umi bilang tadi sore aja."

"Kata Umi habis jemput abang," Adek mengulang perkataannya.

"Jam berapa Umi mau buatnya?" Tanya Abang kepadaku.

"Jam empat sore aja ya bang, gimana?" 

" Umi, kan janjinya sama adek habis abang pulang, nanti buat abang baru jam empat. " Adek mengeluarkan pendapatnya.

Walaaah... Ini negoisasi kok tambah lama? Kerjaan masih nanggung beres.

" Adek, maaf ya... Sorean aja ya.  Umi nanggung ini selesainya." Pintaku kepadanya.

"Sini adek bantu.  Adek taruh ya embernya.  Adek bantu rapikan lego adek.  Nah, Umi cepet selesai ya.  Jangan lama-lama.  Umi sudah janji lho.."

Hahaha... Anak gadis memang luar biasa, segera menggeser ember, sambil bernyanyi lagu clean up yang lafalnya belum jelas, membereskan lego, dilanjutkan kusuk-kusuk adek sepupunya, sampai ambilin minum buat bibinya. 

Tiba-tiba, si bayi menangis kembali.  Apa karena cuaca juga bikin gerah, semua bikin serba salah si bayi ya? sementara mamanya sedang di kamar mandi.  Sayapun menimang si bayi. 

Sementara Adek masih menanti, Alhamdulillah Abang dengan sigapnya menawarkan diri untuk membantu.

"Umi..., abang sama adek aja deh yang buat donat.  Umi gendong aja.  Nanti kasihtau caranya ya."

Sayapun mencoba memberikan arahan resep tanpa mengulen.  Abang menyimak, kemudian menyiapkan bahan dan eksekusi dimulai.

Akhirnya eksekusi donat dibuat antara kolaborasi adek dan abang.

Kerjasama tim yang solid 💕(dokpri) 
Adonan sudah diistirahatkan,  adik ipar sudah lebih baik, anak ponakan sudah bisa tidur kembali.  Saat menggorengpun tiba.

Tadaaa.... Adonan ternyata kurang rata.  Apalagi adonan buat diulenin.  Jadi sulit untuk membuat bentuknya menjadi donat karena lebih sticky, sementara waktu menggoreng sudah tiba.

"Abang, adek... Donatnya kita jadikan roti goreng saja ya?" Tanyaku kepada anak-anak.

"Iya Umi...," Sahut mereka kompak, sambil bermain bersama teman-teman yang datang berkunjung ke rumah.

Dan inilah hasil roti goreng anak-anak dengan resep Donat tanpa mengulen.

Donat bukan donat (dokpri) 

Rasanya? Jangan ditanya.  Enak sekali.  Apalagi ini hampir 90% mereka yang membuat.  Tentu jadi lebih luar biasa bukan. 

Antusias anak-anak ternyata bisa di dapat bermula dari donat, turun ke dapur. Hehee...

⃗📆Catatan hari ini:
Duo bocah yaitu adek (3,5 tahun) dengan nama panggilan Akemi, dan abang (8,5 tahun) dengan nama panggilan Altair.

Kegiatan ini dilakukan secara spontan, ekspresi adek dari berpikir, biasa, senang hingga gembira.  Sementara abangnya spontan berpikir hingga bahagia menjadi pemimpin sekaligus penyelamat uminya.
Point pembelajaran kali ini dari sikap adek yang kritis, gigih dan keukeh, mencoba membantu menyelesaikan dan menemukan solusi dengan cara dan usianya, hingga serius bernegoisasi dan  menagih ketepatan janji.  Sementara Abang sikapnya empati, mencoba menemukan solusi hingga tampil menjadi pemimpin.  Keterampilan yang didapat dari duo bocah bukan hanya kerjasama, namun belajar ketepatan hingga mencoba menberikan alternatif yang pada akhirnya menguntungkan semua pihak.  Pengetahuan menakar, matematika, menyampaikan gagasan, berbahasa, dan membuat sesuatu yang baru (masak)

Ketika Anak memiliki masalah, boleh saja sesekali membiarkannya sesaat untuk mencoba menyelesaikan dengan cara terbaiknya  @her.lya.inda

#Tantangan10Hari
#Day1
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga


*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

0 Komentar