Masak Bersama Bibi

Sore ini agak mendung setelah hujan sebentar.   Saya sedang merapikan pakaian, sementara adek terlihat sibuk sendiri.

Terdengar suara kecilnya bernyanyi kecil, kemudian mengambil bibi (*baca barbie), dan menyiapkan perlengkapan masak-masakannya.

Saya tetap diam memperhatikan dari belakang.  Sengaja seperti itu, karena jika tiba-tiba dia mengetahui saya memperhatikan, bisa mendadak berhenti.  Sebenarnya jika dikatakan adek pemalu, tidak juga, karena beberapa waktu dia bisa menjadi sangat pemberani, namun tiba-tiba bisa mendadak malu dan berhenti.  
Untuk saat ini saya hanya menyimpulkan perubahan tersebut biasanya tergantung situasi, mood, dan kenyamanannya saat itu.  Susah-susah gampang atau gampang-gampang susah? Hehe..

"Bibi, tunggu sebentar ya.., Adek masak ikan dulu. Sabar..." sayup-sayup terdengar suaranya sambil menggerak-gerakkan panci di atas kompor.

Asik bermain (dokpri) 
Saya tidak mau berkomentar, masanya sekarang hanya mendengar, memperhatikan, dan tersenyum.  Biasanya saat ingin bermain sendiri, adek tidak ingin diganggu.  Imajinasinya bisa mendadak hilang, selain menikmati ocehan dari mulut mungilnya sering membuat saya semakin bersyukur dan bahagia memiliki anak cerdas dan membanggakan di hati saya.  Anak-anak selalu menempati tempat istimewa di hati saya, karena merekalah sumber dan bintang yang sesungguhnya.

Seperti hari ini, sambil bercakap dan merubah suara seolah-olah ada orang lain yang diajak  berbicara,  membuat catatan tersendiri untuk saya.  Apakah memang adek memiliki bakat bercerita, mendongeng, atau justru negoitator yang ulung? Hmm..., masih terus mengamati nih.

Catatan hari ini
Permainan spontan di usia saat ini memang terasa lebih menyenangkan.   Meskipun dibuat terstruktur, memberikan kebebasan untuk anak merespon dengan spontan jauh lebih menyenangkan bahkan bisa menggali potensinya secara alami.  Bisa jadi sesuatu yang spontan juga membuatnya terlatih mengambil keputusan dan  memiliki prinsip kuat yang tidak mudah dipengaruhi orang lain.

Berbicara dan bermain pura-pura juga membuatnya terus melatih imajinasi, kecakapan bahasa, dan empati.  Termasuk bermain pura-pura masak-masakan juga menggali kemampuan motorik halus memegang perlengkapan masak berukuran kecil. Selain melayani dan menghargai seseorang dalam memberikan penyajian.  Dari sisi agama dan moral, adek juga semakin memahirkannya membaca doa sebelum, dan sesudah makan, termasuk bersyukur juga berlatih mengucapkan kata-kata wajib seperti, "tolong ya bu...", atau "terimakasih sudah makan disini", "Silakan dinikmati", dan beberapa percakapan yang bisa jadi sering didengarnya saat sedang di restoran, bahkan perbincangan saat kami makan bersama.

Main masak-masakan ternyata seru juga ya

Jika seorang anak (seperti) terlihat diam, kenyataannya (belum tentu) mereka diam, atau justru sedang khimad mendengarkan seluruh perbincangan yang terjadi di sekitar mereka. @her.lya.inda

#Tantangan10Hari
#Day7
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga


*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

0 Komentar