Pernah dengar dengan istilah kecerdasan emosi? Jika teman-teman pernah ikutan test kecerdasan Intelektual atau disebut IQ, kecerdasan emosi disebut EQ. Duluuuu.... setahu saya kalau IQ seseorang itu tinggi akan langsung di cap dengan orang sekitarnya bahwa mereka inilah yang bakalan sukses hidupnya. Nyatanya, kesuksesan dan kebahagiaan seseorang tidak juga berpatokan dari si IQ ini. Kok Bisa?
Ilustrasi Emosi - freepik |
Sebelum Daniel Goleman (1997) mengangkat aspek esmosi dalam bukunya, ternyata E.L Thorndike di tahun 1020 mengungkap tema sosial intelligence, yaitu kemampuan mengelola hubungan antar pribadi baik pria dan wanita. Hmm, jadi ingat juga buku berjudul mars dan venus yang diberikan suami saya menjelang kami dulu akan menikah, Ahaaayyy! *Eh, jujur nih! Begitu saya dikasih buku beginian sama beliau saat itu perasaan saya bukan senang. Tapi antara tersinggung, bingung dan marah bercampur malu. Ketahuan banget kan saya itu bukan orang yang terlihat peduli sama laki-laki atau karakter egoisme saya yang berlebihan bisa jadi membuatnya merasa sebal karena tidak pernah mau mengerti dengan kaum laki-laki terutama beliau. Pikiran saya saat itu yang gak pacaran dengan suami saya sekarang, “Yang mau kan Elu!, ya, elu dong yang wajib ngertiin gue!” Tapi itu dulu, kalau sekarang sih, belang-belangnya dia mah sudah saya cukup mengerti, wkwkwkw.. Haduuh, keterusan cerita saya nih! intinya sih, Thorndike percaya bahwa orang yang cerdas sosial bisa berhasil dalam berbagai aspek kehidupannya, karena itulah yang menjadi syarat penting.
Pengendali emosi itu sendiri bukan bicara tentang tidak bolehnya seseorang menangis jika merasa sedih. Bukan pula menjadi ‘lari’ dari sebuah emosi negatif yang dialaminya saat itu. Emosi memiliki pengertian yang dijabarkan oleh Prezz (1999) adalah reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitasnya terpengaruh oleh daya pikir dari seseorang terhadap sebuah peristiwa secara khusus.
Jadi jika bicara emosi, semestinya kita tidak mengkotak-kotakkan bahwa emosi itu baik atau buruk. Namun lebih kepada situasi menyenangkan dan tidak atau kurang menyenangkan. Katakanlah menangis. Apakah menangis merupakan akibat dari emosi yang tidak menyenangkan? Bisa jadi dari perasaan sedih bahkan terlalu bahagia akan menimbulkan tangisan. Ada juga yang bahagia dengan mengeluarkan tawa yang keras, lalu sedih dengan ekspresi diam hingga termenung.
Ragam Emosi
Secara umum, Masyarakat awam mengenal emosi adalah marah. “Ih, Kamu tuh emosian banget sih!”Dari kalimat tersebut, emosi artinya adalah marah, bukan sedih, tertawa, atau emosi yang sebenarnya beragam macamnya. Jadi ragam emosi itu apa saja sih?
1. Emosi Senang
Senang artinya bahagia, gembira, riang, damai dan bahkan sering dikaitkan dengan perasaan cinta
2. Emosi Sedih
Kebalikan dari tidak senang adalah sedih. Kekecewaan, kecewa, hampa, tersakiti, tidak dihargai bisa masuk dalam golongan ini
3. Emosi Takut
Takut bisa muncul dari pihak dan dorongan luar maupun dari dalam diri sendiri. Sebut saja cemas, ngeri, khawatir, merinding, malu hingga gelisah dan ragu-ragu
4. Emosi Marah
Marah adalah emosi yang paling berusaha dihindari oleh setiap orang. Kemarahan sering disebut emosi yang paling negatif dan terkadang sulit dimaklumi dibandingkan emosi sedih. Dendam, kesal, geram, jengkel, hingga ungkapan benci dan muak membuat kata-kata tersebut rasanya lebih sulit diterima dibandingkan ungkapan emosi lainnya.
Emosi Dalam Islam
“Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (QS. Asy Syuura: 37)Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat. Orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya di saat marah.” (HR. Bukhari)
Perubahan otomatis di saat emosi oleh alquran dicirikan antara lain dengan degup jantung (wujilat qulubuhum – Al-Anfal/8:2, Al-Hajj/22:35), GSR (galvanic skin response) atau reaksi kulit (taqsya’irru minhu julud- Az-Zumar/39:23), reaksi pupil mata (‘tasykhashu fihi al-abshar – Ibrahim/14:42, Al-Anbiya/21:97), reaksi pernapasan (‘shadrahu dhayyiqan – Al-An’am/6:125, Al-Hijr/15:97, Asy-S-Syu’ara/26:13) (Darwis Hude:2017:82).
Adapun ekspresi wajah merupakan ekspresi paling terlihat terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa emosi. Gambaran tersebut antara lain wajah yang berseri-seri bahagia (‘wujuhuy yawmaidzin musfirah, dhahikatum musytabsyirah- A’basa/80:38-39), wajah hitam pekat atau merah padam (‘wajhuhu muswadda’ Al-Nahl/16:58, Al-Zumar/39:60, Al-Zukhruf/43:15), dan pandangan tidak konsentrasi (‘zagati al-abshar’- Al-Ahzab/33:10, Shad/38:63, Al-Najm/53:17) (Darwis Hude:2017:82)
MasyaaAllah...
Mengendalikan Emosi (Marah) dalam Islam
Karena kebetulan saya adalah seorang muslim, jadi saya mencoba menuliskan beberapa cara mengendalikan marah menurut Islam, Jika kamu non muslim sekalipun, rasanya langkah-langkah inipun masih dapat dilakukan, Yuk disimak 1. Membaca Ta’awudz
Emosi berasal dari hawa nafsu. Marah merupakan emosi yang dianggap paling lemah dalam diri manusia. Dalam sebuah kisah dari sahabat Sulaiman bin Surd Ra, beliau menceritakan: Suatu hari saya duduk bersama Nabi Saw. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak.
Kemudian Rasulullah Saw. bersabda:
“Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: “A’uudzu billahi minas syaithanir rajiim,” marahnya akan hilang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Menjaga lisan (diam)
Coba jujur, kalau sedang marah, hal apa yang paling sering dilakukan? Ngomel aka ngoceh semua hal yang bisa diungkapkan.
Yup! Perkataan adalah hal yang sensitif karena dari perkataan bisa saja terungkap hal yang makin menyakitkan pihak lain. Jika kita sedang malah, cobalah segera tutup mulut dan jaga lisan.
Dengan perkembangan teknologi sekarang, sosial media bisa membuat tidak berkata-kata secara langsung, namun ungkapan dalam bentuk tulisan nyatanya bisa lebih menyakiti jika tidak dipahami orang lain meskipun dengan kalimat yang baik bahkan sopan sekalipun. Sayapun masih perlu banyak belajar untuk hal ini. Nah Diam yang dimaksud adalah benar-benar diam. Jika bertatapan langsung, langsung menutup mulut, sementara jika sedang bersosial media, mungkin tidak menuliskan apapun jauh lebih baik untuk meredakan emosi marah kita.
Dari Ibnu Abbas Ra, Rasulullah Saw. bersabda:“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad).
3. Rubah posisi
Merubah posisi yang dimaksud adalah benar-benar merubah posisi kita. Rubah menjadi yang paling rendah. Jika sedang berdiri, coba untuk duduk. Jika belum berhasil, cobalah untuk berbaring, bahkan jika berbaring belum bisa meredakan rasa marah, coba untuk memejamkan mata dan tidur.
Dalam HR. Ahmad dan Abu Daud : “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.”
4. Mengingat Kebahagiaan jika dapat mengendalikan emosi
Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki.” (HR. Abu Daud, Turmudzi)
5. Mengingat hal negatif dari emosi
Apakah kamu pernah merasakan marah yang membuat jantungmu berdegup kencang. Darah serasa naik hingga ke kepala dan membuatmu pusing, kemudian setelahnya kamu merasa lemas, dan pada akhirnya setelah tersadar, bahwa kamu justru lebih menyakiti perasaan oranglain dibandingkan mereka yang menyakiti perasaanmu? Kamu sedih, malu, menyesal, tertekan, dan akhirnya terjadi permusuhan yang awalnya saling menyayangi?
6. Berwudhu
Marah bersumber dari syaitan, dan syaitabn terbuat dari api. Untuk memadamkan api menggunakan air. Meredam emosi dengan berwudhu sekaligus membersihkan najis, berniat dan membuat hati menjadi lebih adem, InsyaaAllah.
Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Sesungguhnya marah itu dari syaitan, dan syaitan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
7. Mandi
Seperti berwudhu, Mandi lebih membuat suasana adem. Meredam emosi, badan kembali segar.
Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Marah itu dari syaitan, syaitan dari api, dan air bisa memadamkan api. Apabila kalian marah, mandilah.” (HR. Abu Nuaim)
8. Membaca Istighfar dilanjutkan dengan berdzikir lebih khusyu ditambah membaca Al Quran
Istighfar artinya meminta ampun kepada Allah SWT dari perbuatan dosa dan berbagai kesalahan yang tak luput dari manusia. Yakinlah ketika kita perbanyak istighfar, bukan tidak mungkin hati dan jiwa menjadi jauh lebih tenang.
Sementara Berdzikir merupakan amalan yang sangat dianjurkan dan dapat dikerjakan tanpa memandang waktu-waktu tertentu. Ketika sedang emosi negatif, berdzikir dapat membuat hati menjadi tenang.
Semakin lebih membuat kita melupakan hal buruk dengan kembali kepada Al Quran dalam bacaannya yang penuh makna disetiap kehidupan kita.
9. Shalat Sunnah hingga berpuasa
Jika rasa marah yang merupakan emosi negatif belum juga hilang dari pikiran dan perasaanmu, perbanyaklah sholat sunnah hingga berpuasa. Bukankah ketika kita sholat maka kita akan meninggalkan urusan dunia serta menahan segala macam nafsu termasuk nafsu marah?
10. Intropeksi, memaafkan dan berpikir positif
Intropeksi dan merenung apakah perbuatan kita lebih justru lebih menyakiti? Banyak kerugiannya? Mencoba memaafkan dan berpikir positif hingga mengembalikan segala hal diluar daya upaya kita sebagai manusia hanya kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT.
Allah SWT. berfirman:
“Dan jika mereka marah mereka memberi maaf.” (QS. Asy-Syuura: 37)
Semoga emosi kita menjadi lebih bisa dikendalikan, Aamiin yaa rabbal alaamiin...
Siapa Emosi? Kamu yang dikendalikan atau kamu yang mengendalikan? Bisa! - @her.lyaa
*With LOVE,
@her.lyaa
0 Komentar
Yuk tinggalkan komentar baik dan cerdas🤗
Terimakasih... 🙏