Hal yang selalu dipertanyakan ketika memutuskan sesuatu (apapun itu termasuk Homeschooling), biasanya adalah berupa alasan. Alasan terkuat dan mendasar hingga keputusan tersebut akhirnya ditetapkan kemudian dijalankan.
Dan alasan yang paling umum disebutkan adalah 'Karena itu adalah yang terbaik'.
Yakinkah Anda itu adalah yang terbaik? Darimana Anda tahu jika menjalankannya saja belum pernah. Terbaik bagi siapa?
Dalam memutuskan sesuatu, jika muncul keraguan itu sangat manusiawi. Apalagi jika keputusan tersebut nantinya akan berdampak pada kehidupan di masa depan dan dalam waktu panjang.
Satu tips yang akan saya bagikan sebelum membuat keputusan adalah buat catatan jika Anda mengambil keputusan dari berbagai pilihan, buat sisi positif dan negatif yang bisa jadi akan berdampak bagimu. Setelah semua direnungkan, dibuat listnya, maka pilihlah dari sekian banyak pilihan yang memiliki sisi positif lebih banyak, dan atau sisi negatif yang dapat dihadapi.
...
Banyak hal yang dipikirkan saat akan memutuskan Homeschooling atau tidak. Membuat keputusan menjalankan tentu tidak semudah yang dibayangkan atau kebalikannya, setelah menjalankannya ternyata tidak sesulit yang dibayangkan.
Kali ini saya mencoba memaparkan kelebihan homeschooling baik dari yang saya rasakan dan beberapa yang saya dengar dari praktisi Homeschooling lainnya.
Sepertinya Homeschooling Menarik
Tidak memiliki pengalaman, masih mengandalkan banyak membaca sumber, pemikiran homeschooling (sepertinya) menarik akhirnya membuat keputusan untuk mencoba.
Meskipun begitu, sebelumnya saya memiliki banyak pemikiran yang membuat saya ragu melakukan Homeschooling, diantaranya adalah:
✓ Homeschooling terlihat luar biasa!
✓ Tapi ilmu saya masih minim, artinya harus terus mencari tahu
✓ Jika saya memilih homeschooling, kapan saya punya waktu untuk diri saya sendiri? Apakah saya tidak bisa kesana dan kemari seperti yang saya mau?
✓ Semua orang disekitar dan dekat dengan saya terbiasa sekolah formal dan bekerja formal, cukup sulit jika menjadi berbeda
✓ Pengalaman saya di sekolah memiliki cerita dan kenangan yang cukup seru, apalagi saya dan suami memang tidak punya pengalaman tidak sekolah.
✓ Kami tinggal di perkotaan yang memiliki banyak pilihan jenis sekolah.
✓ Takut gagal dan takut menjadi tidak cukup pintar, termasuk takut tidak terorganisir.
✓ Tapi ilmu saya masih minim, artinya harus terus mencari tahu
✓ Jika saya memilih homeschooling, kapan saya punya waktu untuk diri saya sendiri? Apakah saya tidak bisa kesana dan kemari seperti yang saya mau?
✓ Semua orang disekitar dan dekat dengan saya terbiasa sekolah formal dan bekerja formal, cukup sulit jika menjadi berbeda
✓ Pengalaman saya di sekolah memiliki cerita dan kenangan yang cukup seru, apalagi saya dan suami memang tidak punya pengalaman tidak sekolah.
✓ Kami tinggal di perkotaan yang memiliki banyak pilihan jenis sekolah.
✓ Takut gagal dan takut menjadi tidak cukup pintar, termasuk takut tidak terorganisir.
Sepakat dan Tidak Sepakat
Rintangan yang saya temukan dan rasakan adalah mau tumbuh bersama anak-anak sepanjang waktu, dan mau terus belajar bersama anak-anak dan mendampingi mereka meskipun sesuatu itu belum tentu menjadi minat saya.
Jika Anda termasuk di bagian yang mau bertumbuh bersama anak-anak dalam artian menghadapi dan merasakan suka duka bersama anak-anak, artinya Anda punya modal melakukan homeschooling.
Tapi saya tidak mengatakan bahwa orangtua yang mengirimkan anaknya sekolah artinya tidak ingin merasakan suka dan duka bersama anak-anak seolah-olah tidak mencintai mereka. Bukan seperti itu ya..
Mencobanya pada Satu Tahun Pertama
Mungkin kebetulan yang pas ketika pendemik Covid19 membuat beberapa keluarga terpikir untuk mencoba Homeschooling. Arahan Kemendiknas beberapa hari lalu mengisyaratkan peserta didik sekolah tidak terlalu dibebani dengan kurikulum njelimet, keterbatasan bertemu secara langsung dan atau fasilitas yang tidak merata di setiap sekolah seluruh pelosok tanah air, menjadikannya kurang adil bagi peserta didik yang memiliki keterbatasan (bisa jadi itu salah satunya). Jadi jika ada yang ingin mencoba, mungkin tahun ini bisa dimanfaatkan?
Sementara saya sendiri mengambil keputusan menjalankan karena momentum awalnya, Pengakuan Momhomeschool meskipun ya sudah mulai cari tahu, tapi balik lagi dengan poin-poin keraguan saya diatas. Ternyata setelah dijalani, seru juga :) Mungkin juga karena saat itu usia anak sulung saya masih dini, jadi tidak terlalu merasa sangat terbebani?
Satu tahun berlalu, hingga usia sekolah tiba, dan anak saya masih tetap memilih bersama saya, jadilah klop. Dan saat ini anak sulung hampir memasuki usia 10 tahun.
Kelebihan Homeschooling bagi saya
1. Menghabiskan waktu bersama anak-anak dan kebersamaan antar saudara kandung.
Jika bicara jam sekolah dimasa sekarang yang cukup padat, bisa jadi waktu pertemuan saya dengan anak-anak tidak sebanyak sekarang. Bukan artinya sayapun jadi menempel tanpa terpisahkan dari bangun tidur hingga tidur lagi. Namun ada cukup banyak masa melihat mereka secara alami bersikap. Saat berteriak, menolak secara spontan, respon ketidaksukaan, panik hingga suasana yang membuatnya tenang.
Saling melengkapi - dopri |
Termasuk hubungan persaudaraan diantara mereka. Adanya keributan, persaingan, saling menyesuaikan hingga membuat kesepakatan semakin mendekatkan diantara mereka.
2. Bertanggung jawab penuh dengan jadwal dan kurikulum yang dibuat
Jadwal dan kurikulum yang dibuat dan pilih disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan saya. Artinya ketika di rumah sedang kedatangan tamu, maka saya tidak perlu melapor ke siapapun mengenai sedikit keterlambatan memulai hari serius atau perjalanan pagi yang diubah menjadi sore hari.
Karena semua hal bukanlah menjadi tanggung jawab orang lain.
3. Bisa pilih waktu kapanpun di hari biasa dengan biaya lebih murah.
Percaya atau tidak, ketika masanya liburan sekolah, biasanya semua jadwal transportasi cukup padat dan harganya cukup bersaing (mahal), belum lagi tempat permainan, hiburan bahkan pusat edukatif seperti kebun binatang atau musium tidak kalah berjubel. Bisa dipastikan lagi, biaya yang ditawarkan dinaikkan dari harga week end. Bayangkan week end saja sudah lebih mahal daripada week day. Yah seperti hukum permintaanlah...
Jadi jika suami saya bisa cuti di saat bukan hari liburan sekolah formal, kenapa harus menunggu saat 'holiday'?
4. Suami bisa pulang sesaat saat jam istirahat kantor, lalu...
Yup! anak-anakpun bisa bersama bapaknya. Dan saya? Bisa ditebak kan ;)
Rasanya hal ini tidak perlu dijelaskan panjang kali lebar :))
5. Anak-anak memuaskan waktu lebihnya untuk bermain
Jika sekolah menghabiskan waktu satu hingga dua jam setiap satu mata pelajaran, rasanya jika hanya memegang beberapa anak, harusnya tidak selama itu kan.
Di sekolah, itu terasa wajar karena satu bagian yang belum dimengerti oleh sebagian besar anak lainnya, suka tidak suka harus diulang. Sementara kebalikan bisa jadi perlu dipercepat, akibatnya yang mengerti lebih dulu harus ikut mengulang, sementara yang sedikit terakhir mengerti, terpaksa mengulanginya ditempat lain (les tambahan). Itulah yang terjadi di sekolah.
Jadi rasanya bisa dipahami, mengapa kesannya homeschooler terkesan terlihat banyak bermain. Tapi...sstt, padahal bermain juga jadi salah satu bagian dari belajar lho ;)
Jika lelah, tinggal istirahat. Urusan bermain sudah terselesaikan. Pekerjaan rumah? Seharusnya tidak perlu lagi :)
6. Tingkatkan pengaruh baik, kurangi pengaruh buruk.
Anak-anak selalu belajar dari perilaku orang lain (termasuk saya, orangtuanya).
Bisa jadi saya terlalu protektif. Kemungkinan besar, benar. Saya ingin sekali saat saya masih memiliki kesempatan lebih banyak dengannya, mencoba memberikan penanaman karakter kuat bagi mereka termasuk cepat melihat dan mendengar responnya sebelum terlalu jauh dan menjadi semakin sulit.
Jika orang berpikir hal tersebut dapat menjadikannya lemah di saat ada pengaruh buruk diluar sana, saat ini saya berpikir, bukankah sebaiknya menanamkan prinsip jelas kepadanya. Setelahnya saya akan berdoa semoga ana-anak saya tetap berada di jalan yang benar?
Saya tidak mengatakan saya benar-benar tepat benar dalam bersikap. Namun saya yakin di saat saya memandang sesuatu agar tidak membuat anak saya meniru hal kurang baik, sayapun diingatkan untuk terus bercermin untuk terus mengurangi hal buruk dalam diri saya, InsyaaAllah.
7. Saya pemberi informasi yang pertama
Ketika anak-anak belajar banyak hal di luar sana, orang dewasa pertama sebagai teman diskusinya adalah saya. Mengapa? Karena saya adalah orangtua, guru juga temannya.
Ketika anak-anak merasa dianggap menjadi sosok penting sebagai teman bagi saya berbagi cerita, sayapun berharap selalu menjadi tempat terpercaya baginya untuk menceritakan banyak hal dan pemberi informasi yang pertama hingga di saat dewasa mereka sudah memahami bagaimana mendapatkan informasi secara benar.
Kelebihan Homeschooling yang Bisa Jadi Receh, tapi Bagus
1. Tidak akan diberhentikan oleh sekolah, dan diburu-buru antar jemput mobil sekolah.
Rasanya ini sudah jelas :p
2. Anak-anak belajar dengan kecepatan mereka sendiri.
(Tanpa perlu menunggu yang lain disaat sudah bisa atau merasa terabaikan disaat tertinggal dibanding yang lain)
3. Anak-anak punya cukup waktu.
Disaat cukup disibukkan dengan kegiatan kemudian perlu beristirahat atau kebalikannya seharusnya dapat diatur.
4. Tidak perlu memikirkan perkataan orang lain.
Tidak perlu berpikir untuk menjawab ketika seseorang bertanya ,"Mengapa jam sekolah namun terlihat di taman? Di supermarket, dan dimanapun, bahkan bersama orangtua dan adiknya yang masih balita" atau "Mengapa anak-anak menyapu teras depan pada pagi hari, sementara anak lain menunggu mobil antar jemput sekolah tiba?"
5. Bisa bermain sekaligus belajar tidak dibatasi tembok, bahkan pagar sekalipun. Semua adalah sebuah pilihan. Jika suka belajar setiap haripun dapat di luar. Benar-benar di luar dengan suasana dan kondisi yang benar-benar berbeda. Kebun binatang, taman kota, hutan dan pegunungan atau di halaman belakang rumah.
6. Membaca banyak buku melebihi yang saya berikan. Ketika mereka semakin mahir membaca sendiri, dapat menghabiskan waktu dengan membaca tanpa batas. Dalam kelebihan waktu 1-2 jam sehari saja, dapat menghabiskan banyak lembaran buku diluar buku kerjanya :)
7. Memiliki banyak waktu mengajarkan keterampilan hidup atau lebih disukai dengan istilah life skill *cuma beda English dan Indonesia:p Meskipun anak sekolah juga dapat belajar tentang hal ini, namun di masa sekarang kebanyakan dengan padatnya waktu sekolah, bisa jadi hanya akhir minggu baru dikenalkan.
Dan siapa sangka, anak sekolah pada umumnya menjadikan akhir Minggu diisi dengan pelajaran tambahan kelas olahraga atau musik ?
8. Menemukan keluarga baru dengan keunikan dan dukungan atas pilihan yang saya ambil. Dapat berbagi atau mengajukan pertanyaan bahkan bertemu dengan keluarga bisa jadi kehidupan sehari-harinya mirip.
Baca juga : Lingkaran Pertemanan Momhomeschool
9. Saya mendapat pengalaman belajar berbeda di saat belajar kembali bersama anak-anak. Mengingat sesuatu yang pernah dipelajari, mencoba mengingat, melihat seberapa bergunanya beberapa pelajaran tersebut dalam kehidupan saya saat ini, atau yang dulu saya sangka biasa saja ternyata sering saya gunakan di saat ini, yaa .. pelajaran bahasa Indonesia, penggunaan tanda baca dan huruf kapital :)
Seru! Bagaimanapun kurikulum yang dijalankan, ditentukan sendiri. Terpikirkan oleh saya, apakah saat kecil memiliki pemikiran yang mirip dengan mereka? Mengapa perlu saya belajar ini? Apalagi jika memulainya dari anak-anak usia sekolah dasar :p
10. Outing, studi tour, begitulah istilah yang sering disebutkan di sekolah. Hal-hal tersebut biasanya berlaku dalam jangka waktu per beberapa waktu. Sementara Homeschooler dapat melakukan kapanpun, tempatnya pun ditentukan sendiri. Sejujurnya jika mau, banyak sekali tempat lokal yang dapat di eksplore bersama anak-anak. Termasuk kendaraan umum setempat yang dapat dicoba. Jadi kita tidak perlu menghabiskan uang untuk mengulang sesuatu yang pernah kita kunjungi kan? Yah kecuali memang benar-benar mau, bukan karena terpaksa mau ;)
11. Tidak ada pengumpulan dana sekolah. Beberapa kali pernah melihat kegiatan anak-anak di sekolah melakukan kegiatan marketday, setelah membuat sesuatu mereka saling menjual satu sama lain dan saling membeli satu sama lain.
Menariknya adalah kami melakukan hal itu sesuai dengan keinginan. Anak-anak tidak perlu membeli sesuatu yang mereka tidak inginkan hanya karena perasaan tidak enak, dan dapat berlatih berjualan langsung jika memang mau mencoba dan menyukainya.
12. Untuk keluarga yang sering berpindah-pindah, homeschooling membuatnya terasa lebih mudah. Saat anak-anak masih muda dan mengikuti perpindahan orangtua, tentu saja akan lebih memberikan keleluasaan bergerak tanpa perlu menunggu waktu tanggung tahun ajaran baru, atau terpaksa merelakan pembayaran penuh sekolah yang sudah diberikan.
Bisa jadi masih ada beberapa kelebihan yang terlupa saya tuliskan, namun ada baiknya ikut membaca sisi kelemahan dari menjalankan homeschooling di #Part2: Apakah Homeschooling Cocok Untuk Anda? Kelemahannya, Cari Tahu di Sini!
Setiap pilihan akan selalu ada dua mata pisau yang dapat mempengaruhi dalam mengambil keputusan. Apakah manfaatnya akan terasa lebih banyak? Percaya diri pada saat menimbang dan akhirnya memutuskan, toh yang akan menjalani adalah Anda.
Tidak ada orang lain yang benar-benar tahu bagaimana prinsip dan nilai yang Anda anut, kebiasaan, kepribadian, kemampuan hingga tanggung jawab Anda menjalani kehidupan. Semua ada di tangan Anda. Yang tepat hingga akhirnya terbaik bagi Anda
Beritahu saya bagaimana dengan pemikiran Anda, termasuk keputusan untuk homeschooling atau tidak :)
*With LOVE,
@her.lyaa
5 Komentar
Wah banyak juga yah, Umi kelebihan dari Homeschooling tapi masih penasaran dengan sistem ujiannya. Soal2nya ikut suatu sekolah atau gimana? Terus, penasaran ketika anak dewasa nanti jika ditanya siapa teman & kenangan waktu sekolahnya.
BalasHapusUtk yg lebih memilih ijazah, artinya wajib ikut ujian persamaan. Kalau menumpang ujian di sekolah, artinya sekolah payung, kalo ga berrti melalui pkbm. Kalo ga sekolah, brrti ga punya teman sekolah dong... Kan ga sekolah :p tp tentu pengalaman dan ceritanya jadi berbeda ;)
HapusPertanyaan saya, apakah tanpa dukungan suami, bisa menerapkan homeschooling? Memang tidak membantah. Tapi tidak memberi respon membantu yang diharapkan. Sementara kita sendiri masih perlu upgrade ilmu.
BalasHapusSaran saya semua hal berhubungan dgn anak2 idealnya merupakan kesepakatan bersama pasangan (kecuali single parents). hs =pendidikan berbasi keluarga. Semua kendali ada pada orngtua. Jika orngtua lepas tangan, saran saya lebih baik ga usah, jgn sampai akan menjadi masalah di kemudian hari yg bs jadi berefek bagi anak-anak, apalagi akan ada proses saling menyalahkan. Jika sekolah bisa disalahkan, hs mau menyalahkan siapa?
HapusAkan berbeda jika maksudnya di sini adalah pembagian peran. Misalkan yg bertugas eksekusi dalam kegiatan sehari-hari adalah ibu karena jumlah waktunya lebih banyak bersama anak-anak. Tp ttp semua hal tentunya akan dibicarakan.
Kalau bicara upgrade ilmu, bukankah sepanjang hidup kita memang perlu upgrade ilmu?
Berarti balik lagi ya, Mbak. Homeschooling itu bukan buat gaya-gayaan. Tapi memang harus disesuaikan dengan kebutuhan.
BalasHapusYuk tinggalkan komentar baik dan cerdas🤗
Terimakasih... 🙏