Perlukah Mengetahui Budaya Membaca dari Negara Lain?

Iqro! (Bacalah!).  Seruan pertama yang di turunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW terjadi di gua Hira. Tepatnya pada tanggal 17 Ramadan 13 tahun sebelum Hijriyah. 

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. ” (QS: Al-'Alaq | Ayat: 1-5). (Riwayat al-Bukhari Bab Kaifa Kana Bad'ul Wahyi Ila Rasululillah shallallahu 'alaihi wa sallam).

***

Tidak perlu dijabarkan bagaimana pentingnya manfaat membaca dalam kehidupan seorang manusia.  Bagaimana bacalah menjadi seruan pertama dari Allah, semestinya di yakini bahwa membaca merupakan kegiatan yang patut diamalkan setiap hari, dan tentunya jenis  bacaan yang memberikan manfaat bukan bacaan menjerumuskan.

Jika menilik pengertian membaca menurut KBBI adalah melihat serta memahami isi dari apa yg tertulis (dng melisankan atau hanya dalam hati)

Di Indonesia, membaca masuk dalam kurikulum saat anak memasuki usia sekolah yang dikenal dengan kemampuan aksara.  Biasanya saat tingkat kelas 1-3 anak ditekankan dulu kemampuan membaca, menulis dan berhitung.

Membaca kerap kali menjadi momok bagi para orangtua ketika usia anak mendekati usia sekolah, sehingga banyak yang memasukkan anak-anak dalam pelatihan membaca disaat usianya masih terlalu dini.  Alasannya hanya satu, "Agar diterima di sekolah dasar". 

Yang membuat menarik adalah, jika di Indonesia sudah membiasakan anak-anak belajar membaca sejak usia dini, namun mengapa tingkat literasi di Indonesia masih dianggap rendah? Sebenarnya, apa  sih yang menjadi penilaian tingkat literasi dari sebuah negara? Bagaimana pula kebiasaan membaca di negara lain?

Mengintip budaya membaca di negara lain


Budaya merupakan cara dari sekelompok masyarakat yang terus berkembang dan terus diwariskan ke generasi-generasi selanjutnya.


Melihat posisi Indonesia dengan tingkat literasi di bawah negara lain, perlukah kita mengintip bagaimana negara lain membiasakan membaca dalam kehidupan sehari-hari hingga menjadikannya budaya membaca di negaranya terjaga?

1. Budaya Baca Jepang

Jepang dikenal dengan negara sakura juga komik manganya ternyata juga memiliki antusias dalam membaca.  

Tachiyomi merupakan istilah yang digunakan oleh masyarakat Jepang yang berarti membaca sambil berdiri.  Terdiri dari dua kata yaitu tachimasu berarti berdiri dan yomimashu berarti membaca.   

Jika ada istilah berdiri saja bisa sambil membaca, apalagi jika diberikan tempat duduk nyaman? 

Budaya baca jepang
Baca buku dikereta - pic : kompasiana

Jangan heran jika di Jepang mudah sekali menemukan orang-orang nya membaca dimana saja di tempat umum. Bahkan di toko buku sengaja diberikan tempat bagi tachiyomiers sejati demi membaca buku gratis. Dengan keramaian di toko buku tersebut, secara tidak langsung dapat menarik calon pengunjung lain untuk mampir.

2.  Budaya baca Amerika 

Tidak jauh berbeda dengan Jepang, masyarakat Amerika juga kerap kali ditemukan sedang membaca buku di sela waktu senggangnya.  

Perlukah tahu budaya baca Amerika?
Jepretan seorang fotografer oleh jurnalis Muhaimin A Untung - pic : lontar

Sedikit berbeda dengan di Jepang yang memberikan kesempatan kepada masyarakat yang kesulitan memiliki uang agar dapat membaca gratis di toko buku sekalipun, di Amerika justru memberikan kemudahan bagi masyarakatnya dalam penyediaan buku dengan harga terjangkau.

Di Amerika, harga sebuah makanan dapat lebih mahal 2-4x lipat dari sebuah buku.  Dengan harga relatif murah, buku menjadi sesuatu yang dapat dimiliki sebagian masyarakat di sana.  Selain itu toko buku yang dirancang nyaman, termasuk akses gratis perpustakaan untuk semua kalangan, bisa jadi menarik minat masyarakat Amerika untuk membaca.

3. Budaya baca China

China merupakan negara yang tak luput menjadi perhatian banyak negara lain di dunia.  Dalam perkembangan ekonomi, China menjadi salah satu negara yang patut diperhitungkan.

Nyatanya di China budaya membaca sudah lama menjadi tradisi di sana, bahkkan di Tahun 2013, China menjadi negara paling banyak mencetak buku di Dunia dengan 440.000 judul buku termasuk edisi revisi.

Mengapa mencetak buku dapat dikaitkan dengan budaya membaca? Tentu saja bisa! Bagaimana mungkin dapat banyak menghasilkan sebuah tulisan jika tidak dibarengi dengan kebiasaan membaca.  Masuk akal bukan? Dan tentunya bagi saya itu luar biasa!

Selain itu tahu gak kalau di China ada perpustakaan keren se dunia dengan 1,2 juta buku berada di dalamnya.  Nama perpustakaan itu adalah The Tianjin Binhai Public Library, sebuah perpustakaan futuristik berlokasi di Distrik Budaya Binhai, Tianjin.

Perlukah tahu budaya baca China?
Perpustakaan futuristik di China - pic : hipwee


4. Budaya baca Finlandia

Finlandia dikenal sebagai negara dengan literasi terbaik di dunia.  Semua orang pasti sudah tahu itu. Artinya jangan heran jika kebiasaan baca mestilah dilakukan sejak dini bahkan hingga dininya, tahukah Kamu jika di Finlandia memiliki kebiasaan sejak bayi baru dilahirkan?

Budaya baca Finlandia
Paket hadiah bagi keluarga yang baru memiliki anggota baru (bayi) - pic : hipwee

Pendidikan anak sejak dini menjadikan perhatian bagi pemerintah Finlandia.  Disana pemberian paket perkembangan anak diberikan bagi keluarga yang baru saja memiliki bayi.

Dalam paket tersebut di selipkan buku bacaan untuk ayah, ibu dan anak itu sendiri.   Wow! Salut bagaimana fokus pendidikan bermula dari keluarga.  Ketika ayah dan ibu senang membaca, harapan dapat menularkan kepada anak justru dibentuk sejak kehadirannya di bumi.

Bukankah anak adalah peniru yang ulung?

***

Hanya sebagian budaya membaca di beberapa negara ternyata memiliki caranya masing-masing.  Bagaimana dengan negara Indonesia? Daripada banyak meyalahkan pihak lain, yuk kita mulai budaya membaca dari keluarga kita sendiri!



*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

2 Komentar

Yuk tinggalkan komentar baik dan cerdas🤗

Terimakasih... 🙏