Kisah Zuri



Pagi hari yang sibuk.  Kita keluar rumah berbarengan dengan beda tujuan. Aku mengantar abang sempoa sebagai pengganti jadwal sebelumnya yang terlewati.  Sementara suami (kamu) berangkat rapat urusan kantor. 

Setelah menghabiskan waktu dua jam, akhirnya abang selesai juga.  Alhamdulillah..., aku ingin segera pulang, masih banyak pekerjaan di rumah yang belum terselesaikan.  Badan juga rasanya pengen diluruskan sebentar, Adek juga sudah protes bosan menunggu abangnya sempoaan.   Akupun memesan transportasi online menuju ke rumah.

Sesampainya di depan rumah, aku membuka tas.  Aku obrak-abrik bagian dalam tasku.  Aku tidak menemukan kunci rumah.  Waduh..., bagaimana ini? Aku pun bertanya pada abang, anak pertamaku.  Jawabannya membuatku kecewa.  "Umi ga ada titip kunci sama Abang". Upss..., mampus dah!kataku dalam hati. 

Aku langsung ambil handphone dari dalam kantong.  Aku menelepon kamu, hingga beberapa kali handphone tidak dijawab.  Pesan kukirimkan lewat whatsapp ke nomor kamu.  "Sayang, kayaknya umi lupa bawa kunci, pinjam kunci babah dong.  Ini gak bisa masuk rumah".  

Lama menunggu tidak ada respon juga.  Conteng di whatsapp belum berubah warna menjadi biru.  Aku mengajak anak-anak duduk sebentar di rumah tetangga.  Untung saja rumahnya sedang terbuka.  Jadi aku bisa numpang duduk sejenak menunggu balasan dari kamu.  Setengah jam sudah berlalu.  Adek bosan.  Abang mengeluarkan ide untuk pergi jalan-jalan.  Sementara aku tidak berminat jalan-jalan, pun uang yang aku pegang jumlahnya gak seberapa, karena niatnya hanya menemani abang sempoa.  Kalau diajak jalan ke Mall, gak bakalan cukup seratus ribu.  Rasanya tidak mungkin menganggu tetangga untuk duduk berlama-lama disana. 

Aku putuskan mendatangi kamu.  Aku ingat, tadi malam kamu memberitahuku bahwa pagi ini rapat di Zuri.  "Untung saja jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah" , batinku berkata.  Abang merasa senang, idenya untuk jalan-jalan di dengar olehku.  Padahal niatnya bukan jalan, tapi menjemput kunci. Akupun memesan transportasi online.  Setibanya di sana, aku kembali mencoba menelepon kamu.  Tidak diangkat.  Aku mulai sedikit kesal, Hari semakin siang.  Anak-anak jelas mulai lapar.  Aku memutuskan untuk mengajak anak-anak makan di resto brasserie yang letaknya masih satu lokasi dengan hotel.  Dengan uang seratus ribu, dengan porsi makan adek yang gak seberapa, dengan menu pilihan sup jagung, cukup mengisi perut anak-anak.  Baiklah, "kita makan dulu ya", aku berujar kepada anak-anak.  "Oia, karena umi gak bawa uang, jadi gak bisa milih mau makan apa.  makan yang umi pesan ya... ", aku berkata dengan jelas kepada anak-anak sebelum mereka berpikir akan memesan menu apa.

Tung..,bunyi pesan whatsapp masuk.  "Semoga kali ini dari kamu", Aku sangat berharap. Alhamdulillah..., memang dari kamu. "Maaf sayang, suara hape di silent" balasmu.  Aku melihat dibagian atas typing... Tanpa menunggu lama, aku langsung telepon kamu.

"Assalamualaikum..., sayang pinjem kunci ya.  Kami deket hotel nih" aku langsung bicara ke inti.

"Waalaikumsalam.  Oke, babah ke lobi, ketemuan di situ ya. Soalnya  habis makan siang, mau lanjut rapat lagi." klik, telepon ditutup.

Eh, aku belum selesai ngomong, sudah ditutup.  Padahal aku mau ngomong, kamu aja yang mampir ke sini, anak-anak baru saja mulai makan.  Aku ambil hape, aku menulis pesan whatsapp untukmu. "Sayang, anak-anak baru aja makan, nanggung nih.  Babah aja ya yang ke sini.  Kami lagi dibrasserie.  Deket hotel juga kan.  Ditunggu ya"

Aku menunggu kedatangan kamu.  detik demi detik berlalu, sepertinya sudah hampir seperempat jam berlalu.   Kamu tidak datang-datang juga, handphone berbunyi.  Lhaa...orangnya gak muncul, hape  saja yang bunyi. 
"Assalamualaikum, lama banget" aku mulai protes.

"Waalaikumsalam.  ini dari tadi babah nungguin, barusan baca pesan dari umi malah bilang di brasserie.  Ini umi dimana?"  Kalo brasserie deket hotel, jangan-jangan umi di Zuri Ekspress ya? Babah di Grand Zuri" katamu

"Lhoo..., maksudnya?" Aku mulai bingung.

"Iyaa..., babah rapatnya di Grand Zuri, bukan Zuri ekspress.   Ini umi posisinya di m isa kan? yang deket adabiyah? Pantesan... " ujarmu memastikan keberadaanku.

"Tadi Umi tulis di tujuan ngetiknya Zuri.  Nah Zurinya banyak tuh, ya udah Umi pilih yang paling atas aja.  Kata Babah tadi malam kan rapatnya di Zuri?" aku menjelaskan.

"Iya sayang, memang bener, coba deh ntar ketik Zuri lagi.  Nanti ada pilihannya Grand Zuri.  Nah babah tuh yang Grand Zuri.  Ya udah, jadi gimana ini? Kalau Babah yang ke sana, kayaknya gak sempet lagi.  Bentar lagi sudah mau rapat lagi.  Babah belum makan.  Umi aja yang kesini gak papa ya? Nanti babah titip di receptionist. maaf sayang." ujarmu lagi.

"hhaaa..., Baiklah.  Oke..  Jalan-jalan nian ini." balasku lagi.

"Maaf sayang, Babah tutup ya..Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam" balasku

 Perasaanku campur aduk antara sedikit lelah, kecewa, blank, tapi akhirnya justru geli.   Sambil menahan tawa, dan bersiap-siap, akupun berkata kepada anak-anak, "Yuk, kita jalan-jalan lagi."
"Horeeee...! "  teriak anak-anak berbarengan.

(sumber gambar: google)

Pernikahan itu menyatukan dan menyelaraskan, bukan meruncing perbedaan. -@her.lya.inda-
...

Teman-teman, pernah gak kamu mengalami hal serupa? menghabiskan waktu bahkan melakukan hal konyol karena miss komunikasi dengan pasangan? Ceritain dong, terus reaksi kamu gimana?
Miss komunikasi dalam pernikahan bisa saja terjadi.  Karena kamu dan pasanganmu beda kepala, akhirnya beda pemikiran, beda pendapat, beda pengalaman, beda latar belakang, dan banyak hal perbedaan lainnya.  Jadi kalo tiba-tiba terjadi, jangan langsung hot ya? Coba diatasi dengan kepala dingin, lihat-lihat suasana, lihat kondisi sekitar, tarik napas panjang-panjang, minum dulu atau apapun yang bisa membuat kamu berpikir lebih dingin.  Teorinya sih begitu.  Kalo lagi panik, suasana hati lagi galau, bisa baper juga kali ya? hehee...

Kalo cerita aku ini, jelas yang sebenarnya miss komunikasinya itu aku.  Informasi yang aku dapat dari suami yang mengatakan di Zuri membuat aku meraba-raba.   Sementara suami yang dihubungipun tidak memberi respon yang cepat.   Hingga miss komunikasi terjadi.  Suami menganggap aku sudah di lokasi, menunggu di lobi untuk memberikan kunci, dan menunda waktu makan siangnya yang singkat.  Sementara aku merasa sudah memberikan informasi, justru menunggu di tempat yang berbeda.  Aku bisa saja marah karena cuaca dan membawa anak-anak bolak balik bisa menyulut emosi.  Suamipun juga bisa saja marah, karena waktu makan siangnya justru mengharuskannya menunggu di lobi.  Sebenarnya akunya juga salah, kenapa juga sampai tertinggal kunci rumah yang jelas-jelas kami melakukan tujuan berbeda dan waktu pulang yang berbeda. 
Yaah... jika Miss komunikasi terjadi, kedua belah pihak bisa gagal paham.  Kalo situasinya memanas, bukan tidak mungkin berujung pada menyalahkan satu sama lain. Aku disalahkan karena tidak membawa kunci, Suami dapat disalahkan karena memberi informasi lokasi kurang lengkap, ditambah sulit dihubungi.  Dan bisa saja jadi merembet ke hal lain, yang bukannya menemukan solusi, tapi....
Kebetulan saja miss komunikasi yang ini bisa adem ayem, sebelumnya (baca siapa yang boleh marah)  justru pake acara tangis-tangisan dulu.  Hihihii.... Walaupun alhamdulillah dan semoga endingnya selalu berakhir dengan peluk-pelukan yang bikin jadi semakin mesra.  Ahaay....  


Bukan cuman musik, lukis, tari, atau suara yang berseni.  Komunikasi juga ada seninya lhoo... -@her.lya.inda-

Nah..., karena ini adalah tantangan hari yang ke 10, biar akunya juga gak lupa bahwa ada 5 kaidah penting agar komunikasi dengan pasangan berjalan secara produktif menurut materi yang aku dapat di kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional, yaitu:

Kaidah 2C; Clear and Clarify

Nah  dibagian ini, aku gak mendapat informasi lengkap dari suami bahwa rapatnya di Grand Zuri. Atau mungkin sebenarnya suami sudah memberitahu, tapi akunya yang kurang menyimak.  yahh... next, aku harus memastikan lagi dengan jelas, kalau perlu sekalian alamat dan posisi lokasinya yang tepat. Begitupun jika berbicara dengan suami, katakan secara tepat dan jelas jika yang ingin disampaikan adalah sesuatu yang penting.  Bukan sekedar obrolan ringan.

Choose The Right Time

Ini juga menjadi bahan pertimbangan penting, bahwa tidak semua suami yang selalu standby memandang hape ketika disibukkan dengan pekerjaan.  Apalagi jika momennya sedang rapat.  Ketika informasi awal yang didapat aku sudah di hotel, dengan keterbatasan waktu, suami bisa saja berpikir harus segera menemui di lokasi yang tepat.  Memang waktu yang tepat ngomong dengan suami itu di saat moodnya oke, dan sudah melepas lelah.

Kaidah 7 – 38 -55

Sebuah komunikasi yang produktif bisa terjadi kalau kaidah ini tercapai; 7% kata, 38% intonasi suara dan 55% gesture tubuh. Berhubung kami waktu itu berkomunikasi hanya lewat whatsapp dan telepon, maka semakin komplit lah ketidakproduktifan kami dalam saling menyampaikan dan menerima informasi.

Intensity of Eye Contact

Kalau ini sih lebih cocok dipakai saat lagi ngobrol dari hati ke hati ya. Biasanya kalau kita mau mengulik kejujuran dari pasangan, mata nggak akan bisa bohong deh. Makanya kalau pasangan matanya jumpalitan sana-sini, ga berani menatap, bahkan sesekali menggaruk hidung... hmm... waspadalah, hehe.


sumber gambar : pinterest

Kaidah “I’m Responsible for My Communication Result”

Jangan menyalahkan pasangan ketika dia nggak paham dengan apa yang kita maksud. Sang pemberi pesan adalah orang yang paling bertanggungjawab dengan hasil komunikasi yang sedang berlangsung. Pasangan yang sering telat merespon informasi yang kita sampaikan memang bisa jadi membuat kita sebelnya ruaar biasa. Namun rasa sebal dan kesal hanya menghadirkan nggak nyaman pada kedua belah pihak ketika tidak diatasi dengan baik. Jadi kalau ternyata pasangan nggak paham-paham juga dengan yang kita maksud, tugas kita untuk merubah strategi dan pola komunikasi.

Semoga dengan berpegang pada 5 kaidah untuk berkomunikasi produktif dengan pasangan, kita bisa menghindari berbagai hal yang bisa membuat terjadinya miskomunikasi. Yang lagi miskomunikasi sama suami, jangan lama-lama sebelnya  yaaa.  segera dibicarakan dengan baik dan mesra biar pernikahannya semakin awet dan terus langgeng, Insyaa Allah.

Baca juga aku sakit #day9


#day10



*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

0 Komentar