Saat Kita Lanjut Usia



Kita, aku dan kamu adalah remaja era 90 an.  Eranya gak ada google maupun sosmed yang kalau nyari bahan wajin ke perpustakaan dulu, Yang selalu dag dig dug menunggu hasil foto selama 1 minggu dan harus terima nasib kalau hasilnya jelek kejadiannya udah lewat, Taunya game watch (gembot) yang mau mainnya lebih seru rame-rame sebelahan, bertahan ga pindah-pindah karena barangnya diiketin pake tali sama mamangnya, Duit koin yang luar biasa berharganya buat dipake di telepon umum sampe bisa beli coklat merk superman, dan banyak hal menarik yang tetap seru dikenang sampai hari ini, seperti salah satu dalam lagu sheila on 7 yang  ngehits dijaman kita, ‘menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan’

“Sayang, nanti malam ada siaran ulang konser sheila on 7 di trans 7.  Nonton yuk?” ajakku

“Jam berapa? Hayuukk” jawabmu

“Jam setengah sembilan”

“Ingetin Babah ya..”

“Wokeehh..”

...

Kulihat jam sudah menunjukkan angka sembilan. 

“Sayang, Yok... nonton.  Kayaknya sudah mulai.” ajakku

Aku hidupkan tv mencari channel yang dimaksud.  Sementara kamu mengambil minum dan mulai duduk.  Kebetulan hari ini anak-anak tidur lebih cepat.  Bisa dikatakan jarang sekali bisa melakukan hal seperti ini.  Bukan karena aku sangat ngefans dengan sheila on 7, begitupun kamu.  Hanya saja mengingat masa-masa kita muda dulu, belum saling kenal, dengan ‘kegilaan’ kita masing-masing, dengan dunia kita masing-masing namun kita hidup di era 90 an yang masanya berbeda dengan anak muda jaman sekarang, menarik untuk dikenang.  Termasuk Sheila On 7 yang cukup popular di masa itu. 

Satu demi satu lagu dinyanyikan.  Sesekali kita bernyanyi kecil dan mengingat momen masa tenar lagu tersebut, tertawa kecil bersama agar tidak membuat si kecil terbangun.  Hingga lagu Saat Aku Lanjut Usia dinyanyikan.  Kita bersenandung bersama, saling menatap..

“Saat aku lanjut usia, Saat ragaku terasa tua, Tetaplah kau s’lalu di sini, Menemani aku bernyanyi Saat rambutku mulai rontok, Yakinlah ku tetap setia,Memijit pundakmu hingga kau tertidur pulas…Genggam tanganku saat tubuhku terasa linu, Kupeluk erat tubuhmu saat dingin menyerangmu, Kita lawan bersama, dingin dan panas dunia, Saat kaki t’lah lemah kita saling menopang, Hingga nanti di suatu pagi salah satu dari kita mati, Sampai jumpa di kehidupan yang lain
Saat perutku mulai buncit…Yakinlah ku tetap yang tersexy…Dan tetaplah kau s’lalu menanti…Nyanyianku di malam hari…”

Jika teramat sulit diucapkan, bukan berarti dapat mematahkan sebuah komunikasi.  Lirik lagu bisa jadi dapat mewakili keinginan kita disertai tatapan tulus dan jujur

Yah.. lirik lagu itu mewakili keinginanku.  Saat ini kita menuju di saat itu, anak-anak terus dan terus semakin besar dan beranjak dewasa.  Hingga aku menuliskan ini, siaran ulang konser kisah klasik belum berakhir, apalagi kehidupan pernikahan kita. Jangan pernah berakhir.  Semoga kita selalu bersama hingga maut menjemput dan dikumpulkan kembali di surga, Insyaa Allah. Aamiin...



#day17




*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

0 Komentar