Singkat Bukan Berarti Tidak Ada



Hari Jum'at.  Seolah-olah singkat  padahal sama dengan hari lainnya.  Satu hari satu malam, 24 jam.   Aku suka jumat, karena besok hari sabtu.  Sabtu adalah waktu kamu yang lebih panjang bersama kami.

Pagi ini, sambil menyeruput segelas coffe latte buatanku, kita duduk berdua di dapur.  Sambil menunggu abang bersiap berangkat mengaji bersama kamu, babahnya.   Sementara adek masih sedikit leyeh-leyeh tidak mau diganggu.  Tidak ada hal yang terlalu penting dibicarakan lagi (mungkin) karena kemarin malam jadwal abang sudah kita buat bersama. 

"Sholat jumat dimana?" ujarku sambil menatapmu

"Entahlah...belum tahu. Sebisa mungkin sholat jumat sama abang, Insyaa Allah" Sahutmu

"hmm..." sahutku pendek

Dan pembicaraan kami terhenti, abang sudah siap.  Saatnya berangkat.

"Nanti babah kabarin ya..., Assalamualaikum," ujarmu sambil memeluk dan menciumku.

"Walaikumsalam" balasku dengan pelukan hangat.

Singkat.  Hampir setiap pagi, pembicaraan di awal hari tidak terlalu banyak.  Apalagi akhir-akhir ini sehabis solat subuh di mesjid, kamu melanjutkan hari dengan jalan pagi hingga menjelang waktu berangkat kantor, kamu pulang, mandi dan bersiap.  
Namun sebenarnya kami sudah melakukan komunikasi.  Tatapan mata, sapaan, dan pelukan menjelang berangkat mengatakan lebih banyak dibandingan ocehan panjang.

...

Mendekati jam 12 siang, ada chat wa masuk darimu, mengabarkan tidak bisa pulang mendekati jam sholat jumat.  "Sudah mepet", katamu. 

Aku membalas chat wa darimu dengan mengatakan , "Tidak masalah, abang sudah bisa sholat jumat sendiri ke Mesjid, Masih sibuk ya?" lanjutku.

Tidak ada balasan.  (Upss...)  Terkadang jika ngobrol di wa memang tidak sepuas rasanya bicara langsung.  Tapi baiklah, positif thingking, memang kamu lagi sibuk dan pertanyaanku tidak terlalu butuh jawaban.

...

Hari ini, pulangmu lebih cepat.  Masih menggunakan baju yang kau gunakan ke kantor hari ini, kamu berbaring di sofa sambil memandang layar hape.  Aku duduk di sofa sebelahmu.  Hening...

"Sayang..." Aku mulai buka percakapan denganmu

"Hmm...." sahutmu pendek, masih menatap layar hapemu.

"Sayang....", ujarku lagi

"Iyaa....", sahutmu dengan posisi yang masih sama.

Aku ambil hapeku, dan aku foto kamu.  Kamu masih tidak sadar.

foto : dokpri

"Sayang..." aku bersuara sedikit tinggi

"Hmm.." kamu masih dengan respon yang sama

"Sayang..., Aitai naa..." akupun berdiri di depannya

Kamu meletakkan hapemu, "Hhaaa?? apa tuh artinya? Kamupun mengambil kembali hapemu, mencoba mengetik ucapanku, tapi tidak berhasil menemukan terjemahannya. 

"Hahaha..., ya iyalah.. ga pas tulisannya ga bakal ketemu!"

Aku berhasil mengalihkan perhatianmu dari hape kesayanganmu.  Untung saja langkah ini berhasil sebelum pecah 'perang dunia'.  Padahal aku cuma pengen tahu di Kantor hari ini kamu ngapain aja? Hari ini ada kejadian apa aja antara aku dan anak-anak.  Besok rencananya kita mau kemana? dan pembicaraan ringan namun tetap penting (menurutku) hohooo....

Kamu sudah melepaskan hapemu, teh hangatmu sudah kamu pegang, dan kita sudah duduk berdua, saling bertatap muka, berbicara obrolan remah-remah pengisi waktu sambil menghilangkan keringat sejenak sebelum mandi sore dan bersiap waktu magrib. 
Komunikasi (menurutku lagi) tidak melulu bicara tentang hal berat.  Obrolan keseharianpun jika ingin disampaikan dari aku ke kamu, maupun kamu ke aku dan kita sama-sama tahu maksudnya sudah termasuk komunikasi produktif.  -@her.lya.inda-
Baca juga Kamu dan aku adalah kita day#1
mendekat membuat kita paham day#3


#day2




*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

0 Komentar