Menghadapi Sedih Dan Kecewa Dalam Islam

Kemarin anak-anak yang bersekolah baru saja mendapatkan hasil laporan akademisnya masing-masing.  Beberapa postingan para orang tua menunjukkan hasil yang memuaskan, namun bisa saja beberapa anak lain merasakan kekecewaan karena hasilnya tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan selama satu semester ini.

Diantara anak-anak yang tidak mendapatkan hasil sesuai harapan, bisa saja merasakan sedih dan kecewa.  

Sedih Dan Kecewa dalam islam

Tentu saja sedih diperbolehkan, manusiawi jika seorang manusia merasakan emosi kesedihan dengan caranya masing-masing.  Bisa dengan menangis, terdiam, merenung, dan banyak cara lain untuk meluapkan emosi terpendam agar tidak menjadi racun dalam tubuhnya dan akhirnya menenangkan kembali perasaannya.

Teringat kembali tulisan saya yang pernah ditayangkan di kanal Kompasiana : Nak, belajarlah dari rasa sedih dan kecewa,  

Firman Allah dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah, ayat 155 : "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.  Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

"Wajburni yaa Jabbar" (Ya Rabb, hiburlah hamba, hanya Engkau yang bisa menghiburku)

Bersabarlah dengan tidak membuat kesedihan berlarut-larut.  Selalu ingat Allah akan selalu bersama kita.  Selalu mempercayai bahwa dibalik kesulitan akan ada kemudahan.  Mengambil hikmah dari semua kejadian terkadang membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun lagi-lagi mengingat Allah bersama kita, akan lebih mententramkan.  

Dalam Surat Ar-Rad : 31 " Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan Allah.  Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram"

Hingga hari ini, saya sebagai orang dewasa saja ketika dihadapkan pada sebuah masalah yang cukup pelik belum sampai kepada tingkatan langsung menerima, bagaimana dengan anak-anak ditahap  baru-baru saja merasakan pengalaman awal kekecewaan dan kesedihan diluar perkiraan mereka? 

Peluk anak saat kecewa

Peluk dan rangkul, validasi emosinya.  Biarkan mereka bercerita dengan gayanya, dengan karakter uniknya, kemudian kita kembali ingatkan kepadanya (dan diri sendiri) bahwa Islam mengajarkan Istighfar.  

"Astaghfirullahal'adzim, alladzi la Ilaha Illa huwal hayyul qayyumu wa atuubu ilaih" (Aku memohon ampun kepada Allah, Dzat yang tidak ada sesembahan kecuali Dia. Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri. Dan aku bertaubat kepada-Nya

Mengingat kembali Surat Al Baqarah : 286 "Allah tidak membebani seseorang diluar kemampuannya" Qadarullah

Dan disaat benar-benar amat terasa sangat sulit, segeralah berwudhu, sholat dan ceritakan semua keluh kesahmu kepada Allah Maha Mendengar, yang menciptakan langit, bumi dan seluruh isinya. 

Sholat saat sedih dan kecewa

Berdoa, berdzikir akan membantu menenangkan hati. "Laa Haula wala quwwara Illa Billah, Hasbunallah wa ni'mal waqil" (Tiada daya dan upaya 
Kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.  Cukuplah bagi kami Allah sebagai penolong)

Berproses bersama anak-anak dalam setiap peristiwa.  Merasakan kesedihan tentu saja tidak sepanjang hidup.   Ada kebahagiaan yang pernah dan akan kembali dilewati.  Ungkit momen bahagia dalam bentuk rasa syukur.  "Alhamdulillah", bersama mereka.  Kehidupan mengajarkan banyak hal.  Menjadi lebih kuat dan bersemangat untuk hari selanjutnya.  Dalam surat Ar Rad : 11 "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". 

Begitulah Islam mengajarkan bagaimana menghadapi rasa kecewa dan sedih, buka dan baca kembali Al Qur'an.  Di sana tertulis banyak cerita, pelajaran dan hikmah untuk ditelaah bersama anak-anak.  Menguatkan ikhtiar, kembali bersemangat, Insyaa Allah perasaan sedih dan kecewa semoga segera berlalu dari kita semua.

Jangan berlama-lama bersedih, bukan berarti tidak boleh bersedih, Wallahu a'lam


*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

0 Komentar