Uji Pengetahuan Mengungkapkan Emosi

"Kenapa seseorang berteriak?"

Sebuah pertanyaan yang muncul di salah satu kuis keluarga ditelevisi yang saya dan anak-anak tonton beberapa hari ini dan sepertinya akan menjadi favorit tontonan keluarga kami setelah sekian lama absen menonton televisi.

Sebuah kuis yang juga saya tonton saat kecil membuat saya bernostalgia mengingat masa itu, kuis inilah yang dapat menyatukan keluarga berkumpul dalam satu momen seseruan sambil menjawab kemungkinan jawaban disetiap pertanyaan dengan pengalaman dan kemampuan masing-masing.  

Uji Pengetahuan Mengungkapkan Emosi

Alih-alih mereview kuis yang kami tonton, justru pertanyaan yang saya tuliskan diawal ternyata dapat menjadi bahan diskusi saya dan anak-anak mengenai beragamnya emosi dengan satu respon yang sama, berteriak!

Dalam satu peristiwa, kematian misalnya, setiap orang dapat merespon dengan berbagai cara.  Respon atau tindakan tersebutlah yang kita sebut dengan emosi.  Namun jika dijabarkan secara panjang dalam ilmu psikologi, emosi adalah pola reaksi kompleks yang melibatkan pengalaman, perilaku, dan fisiologis yang digunakan untuk menangani masalah atau peristiwa penting yang dialami individu.

Menurut psikolog Paul Ekman, manusia memiliki enam emosi dasar, yaitu terkejut, takut, marah, jijik, senang dan sedih.  Fyi, Paul Ekman merupakan salah satu dari 100 psikolog terkemuka pada abad 20,  telah menjadi perintis studi emosi dan hubungannya dengan ekspresi wajah. 

Paul ekman
source pic : adelphi.edu

Dari enam emosi dasar tersebut, dijabarkan turunannya di setiap kelompoknya.  Jadi misalnya nih, disaat kita sedang melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang, disaat itulah muka kita mulai ditekuk, timbul keinginan meninggalkan semuanya pada saat itu, maka kita dapat menyebutkan emosi kita saat itu adalah bosan.  Nah, emosi bosan merupakan salah satu turunan dari emosi dasar jijik.  Makin penasaran? Yukk baca sampai tuntas ya..

1.  Emosi Marah

Coba ngacung, ada ga ya manusia yang tidak pernah mengalami emosi marah? Tapi lucunya banyak orangtua yang seringkali sering mengucapkan kalimat ,"Dek, jangan marah dong..." .  Padahal nih, marah tuh manusiawi kok.  Justru jika kita sering memendam rasa marah, maka dapat meningkatkan hormon stres yang dapat memicu gangguan kecemasan.  Memang sih emosi yang satu ini dapat menimbulkan dampak paling berbahaya diantara emosi lainnya, namun bukan berarti kita tidak boleh marah hanya saja memperhatikan bagaimana cara mengekspresikan  marah tersebut.  Setuju?

Emosi marah sendiri memiliki keturunan dari emosi iri, kesal, murka, tersinggung, benci dan cemburu.  Jika kita dapat melatih anak-anak mengungkapkan bagian emosi mana yang lebih tepat, bisa jadi sebuah masalah jauh lebih mudah terselesaikan.  

Contohnya ketika kondisi ada seorang teman yang mengata-ngatai, maka tersinggung akan lebih tepat disampaikan saat awal.  Barulah setelahnya muncul perasaan kesal kemudian marah.  Akan semakin tidak tepat jika cemburu disampaikan pada awal meskipun bisa jadi apa yang dikatakannya dapat membuat pengembangan rasa cemburu andaikata kondisinya berbeda dengan saat ini.

2.  Emosi jijik

Jijik merupakan respon yang dipicu dari kondisi seperti bau, penampakan, atau tekstur tertentu.  Meskipun terlihat buruk, nyatanya respon ini mengajarkan untuk hidup bersih. 

Tidak hanya kondisi kotor,  nyatanya jijik bisa disebabkan saat kita melihat perilaku buruk orang lain.  Pornografi, pelecehan seksual maupun perilaku jahat lainnya.  Kadangkala emosi jijik digunakan saat  menutupi amarah yang sebenarnya.

Emosi jijik memiliki turunan emosi lain diantaranya muak, enek, risih, bosan, dan penat.  Tentu saja kita harus melatihnya dalam menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi sehingga anak-anak pun dapat mengungkapkan emosi yang terjadi agar tidak terjadi salah paham.


Mengenal emosi
Source Pic : forwardwithfun.com

3.  Emosi Takut

Jika marah merupakan emosi berbahaya, jijik merupakan emosi buruk, maka takut merupakan emosi yang paling tidak menyenangkan.  

Pola pikir seseorang dapat meningkatkan emosi takut.  Takut dapat muncul bahkan disaat kita tidak benar-benar mengalami sesuatu namun dikarenakan pola pikir yang berperan aktif setelah menonton film horor, seolah-olah hal yang dilihat hanya dari sebuah layar menjadi terasa benar-benar nyata.   Itulah mengapa ketika anak-anak yang belum terlatih pola pikirnya membedakan hal-hal nyata dan abstrak tidak diperbolehkan menonton film horor.

Sama hal dengan emosi marah ataupun jijik, emosi takut juga memiliki turunan seperti ngeri, gugup, cemas, tersiksa, waspada, ragu-ragu dan tak berdaya.  

Meskipun takut merupakan emosi tidak menyenangkan, sisi baiknya takut dapat memberikan peringatan untuk mengantisipasi sesuatu yang dapat mengancam fisik maupun psikologis.

4.  Emosi Bahagia 

Bahagia merupakan emosi yang paling dicari semua orang.  Rasanya kecil kemungkinan orang tidak menginginkan emosi bahagia ini hadir.   Emosi ini dapat muncul saat kita menonton film favorit, makan makanan enak, quality time bersama orang yang disayang, melakukan hobi yang disukai, mendapat hadiah, tak ketinggalan disaat cita-cita dapat terwujud.   

Emosi bahagia dapat muncul bersamaan dengan emosi lainnya.  Disaat kita merasa bahagia saat mendapat kekasih, bukan tidak mungkin emosi takut muncul karena tidak ingin orang yang disayang sewaktu -waktu pergi meninggalkan kita.  Disaat anak berhasil mendapatkan pekerjaan diluar kota,  bahagia muncul bersamaan sedih karena harus berpisah tempat. 

Lalu disaat pertama kali anak masuk sekolah mendapatkan perlengkapan sekolah baru dan teman baru, namun disaat yang sama kita tidak boleh mendampinginya dalam waktu lama ditempat yang belum familiar untuknya.  Saat itulah orngtua dapat memberitahukan emosi yang tepat kepadanya sehingga anak dapat mengekspresikan dengan pas.

Emosi bahagia memiliki turunan emosi seperti puas, lega, damai, riang, bangga, untung, bersyukur, dan bersemangat.

5.  Emosi Sedih

Menurut Paul Ekman, sedih merupakan emosi yang membuat seseorang menjadi pasif.  Saat emosi ini muncul, rasa malas beraktivitas, hingga tidak nafsu makan bisa datang menghampiri.  

Emosi sedih dapat terjadi dalam rentang waktu yang panjang.  Bahkan disaat seseorang sudah dapat mengatasi emosi tersebut, hingga suatu kondisi memperlihatkan hal yang mirip dengan dialami, emosi sedih seketika bisa muncul kembali dengan cepat.  Misalnya disaat anak kita memiliki hewan peliharaan kesayangan mati, kemudian beberapa bulan kemudian disaat ia mengetahui hewan peliharaan kesayangan temannya juga mati, maka si anak dapat kembali merasakan sedih seperti yang pernah ia alami sebelumnya.

Turunan dari emosi sedih adalah kosong, kecewa, malu, berduka, kasihan, bersalah, kesepian, sengsara, terlantar.

Jika kita melihat anak-anak sedih berkepanjangan, hingga berminggu-minggu apalagi berbulan-bulan, tidak ada salahnya mencari bantuan para ahli seperti psikolog maupun psikiater, dan tentu saja untuk terus merangkul dan memberikan dukungan kepadanya.

6.  Emosi Terkejut

"Duarrr!" Suara balon pecah mendadak nyatanya dapat memberikan emosi terkejut.  Jantung berdebar kencang, kaget dan bikin deg-degan.  Seorang anak berteriak sesaat kemudian kembali tertawa.  

Terkejut merupakan emosi yang terjadi dalam durasi waktu tersingkat. Ada baiknya orngtua memberikan pengertian kepada anak-anak bahwa disaat menemukan hal baru, dapat memberikan emosi terkejut, baik positif maupun negatif.  Emosi terkejut memiliki turunan emosi diantaranya terpesona, heran, tertipu.  

Kembali ke pertanyaan awal, kira-kira apa jawaban Anda jika diberikan pertanyaan alasan seseorang berteriak? Jawabannya adalah enam emosi dasar dapat membuat seseorang berteriak.  Kok? Takut misalnya saat menonton film horor, terkejut disaat dikagetkan teman, bahagia disaat dinyatakan menang lomba, sedih karena frustasi terjebak macet yang mengakibatkan terlambat mengikuti ujian, jijik ketika tiba-tiba kecoa melintas dikakimu, dan tentu saja marah disaat seseorang mengambil barang tanpa ijin.

Tentu saja mengetahui bagaimana cara mengungkapkan emosi akan dapat memberikan kemudahan seseorang memahami dan merespon tepat kondisi yang dialami.  Selain itu memberikan pemahaman dalam memaknai setiap peristiwa, dan menganalisa situasi sosial yang terjadi. 

Apakah saat ini Anda sudah tepat dalam  mengungkapkan emosi? 


*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

0 Komentar